
Data terbaru menunjukkan bahwa deflasi di China melemah pada bulan Juni, didorong oleh kenaikan harga energi global dan aktivitas industri kembali ke level sebelum virus corona. Selain itu, ekspor yang selama ini selalu dikembangkan di China tidak mengalami penurunan, bahkan di tengah pandemi.
Pelaku pasar mengatakan bahwa ini menjadi pertanda baik bagi pemulihan ekonomi global.
"China jauh lebih dulu keluar dari lockdown sehingga setiap sinyal bagus pada ekonomi China penting bagi ekonomi global," ujar Florian Ielpo, Kepala Riset Ekonomi Makro di Unigestion.
Indeks Ekuitas Dunia MSCI, yang melacak saham di 49 negara, belum berubah, dan indikator futures Wall Street juga menunjukkan kenaikan cukup besar.
Sayangnya, keberhasilan China terus mengikis ketegangan antara AS dan China jelang jadwal perbincangan dagang untuk merundingkan kembali kesepakatan yang mereka tandatangani pada bulan Januari.
Presiden AS, Donald Trump, menandatangani perintah untuk melarang media sosial China, WeChat, yang dimiliki oleh raksasa teknologi China, Tencent, dan TikTok, mulai bulan depan, dan menjatuhkan sanksi pada 11 pejabat di Hong Kong dan China.
Regulator AS juga merekomendasikan agar perusahaan luar negeri yang terdaftar di bursa AS tunduk pada audit pemerintah AS mulai 2022.
Ketegangan antara kedua negara ini terus menimbulkan kekhawatiran terkait dampak negatif pada negosiasi perdagangan. Menurut investor, gesekan apa pun dapat mempersulit ekonomi global untuk pulih dari pandemi virus corona.
Selain itu, ketidakpastian meningkat, terutama karena negosiasi saat ini di Washington mengenai paket stimulus baru untuk ekonomi AS. Ketua DPR, Nancy Pelosi, dan Menteri Keuangan, Steven Mnuchin, mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka siap melanjutkan perbincangan mengenai paket bantuan.
Belakangan ini, Trump berusaha mengambil tindakan sendiri, menandatangani dekrit dan memorandum tunjangan pengangguran, pinjaman mahasiswa, dan pajak gaji.
Dengan kekhawatiran investor bahwa pemulihan ekonomi AS dapat tertinggal dari pemulihan ekonomi utama lainnya, dominasi dolar selama dua tahun telah melemah.
Terhadap mata uang dunia lainnya, dolar naik 0,3% ke 93,620 per dolar AS, namun masih sedikit di atas level terendah dua tahun.
"Solusi yang diberikan Presiden Trump dalam bentuk dekrit lebih baik daripada tidak sama sekali," komentar analis di MUFG.