Saat emas dan mata uang AS berhadapan, keuntungan tetap milik dolar AS. Namun, para ahli percaya bahwa penurunan emas saat ini hanya bersifat sementara. Para analis percaya bahwa emas akan membuktikan dirinya dalam waktu dekat, yang akan mengejutkan pasar dengan pertumbuhan harga selanjutnya.
Kemenangan emas secara terus menerus diganggua oleh sedikit penurunan dengan latar belakang dolar. Perlu diingat bahwa setelah pernyataan Fed atas penargetan inflasi, mata uang AS naik sesaat. Pada saat yang sama, emas mencoba kembali berbalik naik setelah mengumpulkan kekuatannya.
Kemarin, harga logam mulia berjangka ini turun ke level terendah dalam dua minggu. Suasana negatif di pasar valas dan penguatan dolar AS mendukung hal ini. Di awal pekan ini, harga emas turun di pasar spot menjadi $1920 per troy ounce. Menurut perkiraan analis, level support kuat terdekat untuk logam yang diindikasikan di sekitar $1900 per ons. Saat ini, emas diperdagangkan di sekitar level $1914 per ons, yang sangat mengkhawatirkan para investor dan trader.
Pasar memasukkan faktor keuangan, seperti pengenalan langkah-langkah stimulus untuk mendukung ekonomi, dalam harga emas. Selama pembentukan rally bulan Agustus, pelaku pasar menantikan paket pembiayaan skala besar berikutnya, tetapi tidak terjadi apa pun dengan insentif ini. Diperkirakan jika skenario ini diterapkan, harga logam "surya" akan naik, namun emas kini kalah terhadap dolar di segala arah.
Berdasarkan pengamatan para analis, investor telah berulang kali melakukan lindung nilai risiko dengan logam mulia selama rally surat berharga belakangan ini. Namun, mengingat indeks saham yang anjlok cukup lama, harga emas saat ini telah turun dengan signifikan. Ini karena likuidasi besar-besaran posisi buy di emas. Investor menutup posisi beli saat keluar dari saham, yang menyebabkan penurunan harga emas.
Pada bulan terakhir musim panas, emas mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, setelah melampaui batas Agustus sebelumnya pada sembilan tahun lalu. Menganalisis tingkat pertumbuhan harga sejak awal tahun ini, para ahli mencatat kenaikan mengesankan sebesar 23%. Ini tidak dapat dicegah oleh faktor-faktor seperti resesi global, penyebaran COVID-19 dan program pelonggaran kuantitatif (QE) yang diadopsi oleh bank sentral.
Para ahli mengatakan bahwa emas adalah instrumen yang lebih menguntungkan daripada saham perusahaan tambang emas dalam jangka panjang. Terlepas dari dominasi dolar saat ini, logam ini tidak akan melambat. Sebaliknya, emas terus berusaha bangkit, yang paling sering berhasil.
Oleh karena itu, mereka merekomendasikan penjualan emas selama periode melemahnya permintaan dan pertumbuhan harga yang melambat. Menurut para ahli, kekhawatiran terhadap inflasi mungkin tidak dapat dibenarkan dalam waktu dekat, dan kemudian pasar emas memperkirakan penurunan harga satu dekade selanjutnya.