
Para ekonom, terutama di Eropa, percaya bahwa gelombang pandemi selanjunya akan datang, dan hal itu akan berdampak positif pada emas di pasar. Karantina yang diberlakukan kembali akan mengarah pada rally emas yang kuat, namun, untuk itu, langkah-langkah tersebut juga harus diperluas di Amerika Serikat, karena pembatasan hanya dari Eropa dapat memperkuat dolar terhadap euro dan emas, yang akan menetralkan peningkatan permintaan terhadap logam kuning sebagai safe haven.
Bisa dikatakan, emas akan naik di tengah gelombang kedua, bukan hanya karena perlambatan ekonomi terkait dan meningkatnya ketidakpastian, namun juga karena program stimulus baru yang kemungkinan besar akan diumumkan oleh bank sentral dan pemerintah.
Namun saat ini, baik saham maupun emas diperdagangkan dengan harga rendah karena sikap dovish Federal Reserve terkait dengan kebijakan ekonomi. Tetapi, ada spekulasi bahwa stimulus baru akan muncul dalam waktu dekat, dan itu akan sangat menguntungkan pasar emas.
Bagaimanapun, penurunan harga emas minggu ini membuat investor bertanya-tanya apakah aset safe-haven ini mengalami jeda atau penurunan yang sangat tajam.
Kekuatan pendorong utama penurunan ini adalah dolar, yang minggu ini menguat karena lenyapnya harapan terhadap stimulus tambahan di Amerika Serikat.
Kini, karena pemilu presiden AS mendatang, emas mungkin akan kembali rally, karena selama 20 tahun terakhir, logam kuning ini selalu bergerak sebelum dan sesudah agenda tersebut. Ini karena para investor cenderung menimbang potensi dampak hasil pemilu terhadap dolar, imbal hasil obligasi pemerintah, dan risiko politik global.
Selain itu, emas pada musim panas lalu meningkat karena suku bunga obligasi pemerintah negatif, yang, sejak awal Agustus, tidak berubah. Peningkatan ekspektasi inflasi yang signifikan diperlukan untuk menurunkannya.