Pasar mata uang kembali didominasi oleh kepanikan karena virus COVID-19 jenis baru. Menurut data awal, penyakit ini 70% lebih menular dari biasanya, yang telah ditemukan di beberapa negara Eropa dan bahkan di Australia. Fakta ini memaksa Eropa untuk mengisolasi diri dari Inggris: Jerman menggelar pertemuan darurat dengan Dewan Uni Eropa hari ini dan setelah itu, diperkirakan semua penerbangan penumpang, jalur laut dan kereta api dengan Kepulauan Inggris kemungkinan besar akan dilarang untuk seluruh Uni Eropa. Di Inggris sendiri, karantina semakin diperketat - terutama di wilayah tempat virus yang bermutasi terdeteksi.
Peristiwa ini berkembang dengan cepat. Jumat lalu, babak baru krisis virus corona tidak menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, meskipun jenis virus baru diketahui Senin lalu (awalnya ditemukan kembali pada bulan September, tetapi kemudian tidak diperhatikan). Situasi diperparah oleh Boris Johnson, yang dalam pidatonya mengatakan bahwa virus yang bermutasi tersebut jauh lebih menular dari biasanya. Pernyataannya muncul di tengah gelombang kedua COVID-19 yang melanda Eropa musim gugur lalu, memaksa mereka untuk memperketat pembatasan karantina. Mempertimbangkan peristiwa terbaru ini, pers Eropa mulai membhaas pengulangan skenario musim semi, ketika lockdown penuh diberlakukan di negara-negara UE.
Para trader di pasar mata uang segera bereaksi terhadap situasi ini: pasangan dolar utama memulai minggu perdagangan dengan selisih yang menguntungkan mata uang AS. Misalnya, pasangan euro/dolar menutup perdagangan hari Jumat di level 1,2256, sedangkan pada hari Senin, pasangan ini berada di level 1,2225. Selama sesi Asia, pasangan ini turun beberapa lusin poin, jatuh ke area level 1,21. Jelas bahwa pound paling menderita - pasangan pound/dolar turun hampir 200 poin. Namun, jika pasangan ini turun karena pound melemah di tengah penguatan dolar, maka semua pasangan dolar lainnya mengubah konfigurasinya hanya karena penguatan mata uang AS. Indeks dolar melonjak dari 89,83 ke level saat ini di 90,40 selama sesi Asia pada hari Senin. Dengan demikian, dilihat dari berita utama pers Eropa yang panik, indikator ini akan terus naik, yang mencerminkan minat para trader pada aset pelindung.
Ini adalah semacam "waktu terbaik" bagi dolar AS, karena posisinya secara bertahap turun sejak awal November - indeks dolar AS terus turun selama hampir tujuh pekan karena gelombang optimisme umum terhadap vaksinasi. Namun, situasi ketegangan baru ini berlangsung sangat cepat, secara harfiah selama akhir pekan. Oleh karena itu, saat ini kami melihat peningkatan alami dalam sentimen anti-risiko dan karenanya, permintaan terhadap aset pelindung meningkat.
Pada saat yang sama, investor kini lebih khawatir terhadap ketidakpastian tiba-tiba daripada kemunculan jenis virus baru, karena informasi mengenai virus tersebut tidak begitu banyak. Menurut para ahli, para ilmuwan saat ini mengetahui setidaknya sembilan kelompok mutasi COVID-19, tetapi tidak ada mutasi virus yang menyebabkan gejolak hingga saat ini.
Perlu diingat bahwa versi mutasi virus ditemukan pada bulan September pada salah satu pasien di Inggris, tetapi kemudian berita ini tidak diperhatikan. Yang diingat hanya ketika tindakan karantina di daerah tertentu di Inggris tidak memberikan hasil yang diharapkan. Setelah itu, Boris Johnson mengatakan bahwa versi baru virus dapat menular hingga 70% dari versi virus sebelumnya, tetapi informasi ini belum dikonfirmasi secara eksperimental dan hanya berdasarkan pada pemodelan komputer. Pada saat yang sama, World Health Organization tidak mencatat dampak mutasi baru ini terhadap kematian. WHO juga meragukan bahwa jenis baru tersebut akan memengaruhi efektivitas vaksin.
Para ahli percaya bahwa kemungkinan "pembaruan" virus meningkat seiring dengan naiknya kasus penularan, seiring dengan adaptasi bertahap virus tersebut dengan tubuh manusia dalam proses mutasinya. Pertanyaan kuncinya sekarang adalah menentukan dengan tepat karakteristik baru apa yang dimiliki "virus Inggris": apakah telah terjadi perubahan drastis dan berbahaya atau apakah itu hanya evolusi biasa.
Faktanya, nasib masa depan dolar AS bergantung pada jawaban atas pertanyaan ini, meski ini terdengar ironis. Jika para ilmuwan mengkonfirmasi kekhawatiran awal para dokter tentang jenis virus baru, USD akan terus mendapatkan dorongan di tengah meningkatnya sentimen anti-risiko. Namun, skenario alternatif tidak dikesampingkan. Jika pernyataan Johnson atas risikonya tidak dikonfirmasi secara eksperimental, maka situasi di pasar mata uang akan segera kembali normal, yang akan menyebabkan jatuhnya dolar di bawah gelombang penjualan agresif.
Perlu dicatat bahwa trader pasangan dolar mengabaikan berita hari ini bahwa anggota Kongres AS akhirnya mencapai kesepaktaan atas paket langkah-langkah baru untuk merangsang ekonomi AS yang bernilai hampir 900 miliar dolar. Pemungutan suara terkait di Dewan Perwakilan Rakyat, di mana mayoritas dikendalikan oleh Demokrat, akan berlangsung hari ini. Senat harus menyetujui dokumen ini hingga 25 Desember, setelah itu RUU tersebut akan diteruskan ke Donald Trump.
Namun, berita yang telah lama ditunggu oleh banyak investor ini saat ini diabaikan oleh pasar, karena fokus utamanya adalah pada jenis baru COVID-19. Kemungkinan besar, para ahli tidak akan dapat dengan akurat menjawab pertanyaan kunci mengenai virus yang bermutasi dalam beberapa hari ke depan; sementara langkah-langkah pencegahan Uni Eropa, yang akan diambil hari ini, akan memicu gelombang baru sentimen anti-risiko. Ini berarti bahwa posisi short dalam jangka pendek menjadi prioritas bagi pasangan EUR/USD dengan target awal di 1,2090 (garis tengah indikator Bollinger Bands pada timeframe harian).
