Pada hari Selasa, harga minyak global terus merosot di tengah kekhawatiran mengenai pemberlakuan lockdown yang ditujukan untuk menekan penyebaran virus COVID-19.
Di London ICE Futures Exchange, kontrak berjangka minyak Brent untuk bulan Maret turun 0.41% menjadi $50.88 per barel. Pada penutupan sesi perdagangan Senin, merosot 1.4% menjadi $51.09 per barel.
Di New York Mercantile Exchange, minyak berjangka WTI untuk Februari turun 0.44% menjadi $47.41 per barel. Pada hari perdagangan pertama 2021, kontrak berjangka ini kehilangan 1.9%. Harga diperkirakan sebesar $47.62 per barel.
Para pelaku pasar khawatir bahwa penerapan kembali lockdown di seluruh dunia guna menahan penyebaran virus COVID-19 jenis baru akan memperlambat proses untuk kembali kekondisi normal. Jika skenario ini menjadi kenyataan, permintaan minyak mungkin akan lesu.
Selain itu, para investor sangat menantikan kelanjutan pertemuan anggota OPEC+ yang ditunda hingga Selasa malam. Kemarin, seusai jeda rapat, usul itu diterima serentak dari Menteri Energi Azerbaijan dan Menteri Arab Saudi.
Bersamaan dengan itu di awal rapat pada hari Senin, dua proposal yang berseberangan dibahas di meja perundingan. Pihak pertama merekomendasikan untuk meningkatkan produksi minyak di bulan Februari sebesar 500,000 barel per hari, sedangkan pihak lainnya menyarankan untuk mempertahankannya pada level Januari.
Sebelumnya, hanya ada dua negara, Rusia dan Kazakhstan, yang memilih untuk meningkatkan produksi sebesar 0.5 juta b/d sejak Februari, sementara semua negara lain mendukung perpanjangan level saat ini.
Setelah pertemuan di bulan Desember, aliansi menyetujui peningkatan sistematis dalam produksi minyak, yang turun drastis pada tahun 2020. Negara-negara OPEC+ berencana untuk meningkatkan produksi minyak dengan kamsimum 500,000 barel per hari di mulai 1 Januari tahun ini. Para menteri sepakat untuk bertemu setiap bulan agar dapat merespon dengan cepat setiap perubahan pasar.