Masa transisi Brexit telah berakhir pada tanggal 1 Januari lalu. Hal ini berarti bahwa dari tanggal tersebut, Inggris telah mengontrol perbatasan eksternanya sendiri, begitu pula dengan pergerakan barang-barang antara Inggris dan UE. Hal ini juga berarti bahwa Inggris dapat secara independen menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan negara lain di seluruh dunia.
Namun, pekan lalu, Menteri Luar Negeri, Dominic Raab, mengatakan bahwa Inggris harus memperkenalkan aturan baru untuk negaranya, agar dapat menjaga barang-barang yang terkait dengan wilayah Xinjiang Cina keluar dari rantai pasokan mereka.
Selain itu, anggota parlemen Inggris sedang mempertimbangkan proposal yang akan memberi pengadilan kekuatan untuk membatalkan perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain, terutama jika mereka menganggap negara tersebut sebagai pelaku genosida.
Pada hari Minggu, Raab mengatakan kepada BBC: "Inggris tidak boleh berpartisipasi dalam negosiasi perdagangan bebas dengan negara-negara yang melanggar hak asasi manusia."
"Menurut saya ada masalah kedua, yang sebenarnya terkait dengan apa yang kita ketahui saat ini tentang apa yang terjadi di Xinjiang. Pertanyaannya adalah apakah Anda berpartisipasi dalam negosiasi perdagangan bebas dengan negara manapun yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia ini?" tambah Raab.
Sebagai hasilnya, GBP/USD terus turun secara aktif dari 1.37.
"Kita seharusnya tidak mendelegasikan msalah politik dengan siapa Anda merundingkan perdagangan bebas," lanjut Raab. "Ini yang harus dituntut oleh anggota parlemen dari pemerintah, dan kami sangat setuju dengan itu."
Saat berbicara di depan parlemen pekan lalu, Raab mengatakan ada bukti kerja paksa terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Namun, hal itu dibantah oleh pihak Cina, dan seorang juru bicara Kementrian Luar Negeri Cina menyebut tuduhan itu sebagai suatu kebohongan.
Meskipun demikian, Inggris tetap berharap agar dapat menjalin perjanjian perdagangannya sendiri dengan negara lain di seluruh dunia.