Janet Yellen, yang akan menyandang Menteri Keuangan AS yang baru, mengatakan dalam pidatonya kemarin bahwa dia akan secara langsung mendukung langkah-langkah stimulus fiskal berskala besar. Dia menunjukkan bahwa ekonomi AS akan mengalami resesi jika Kongres tidak menyetujui bantuan tambahan. Yellen menganjurkan adanya peningkatan lebih lanjut dalam stimulus dalam stimulus dan perubahan besar dalam kebijakan fiskal, yang anjuran ini menyebabkan sejumlah keluhan di pihak Partai Republik.
Dalam catatan lain, hari ini Joe Biden akan dilantik sebagai presiden AS yang baru. Minggu lalu, dia mempresentasikan program bantuan baru untuk bidang ekonomi, sebesar $ 1.9 triliun. Jumlah ini termasuk pada pembayaran $ 1,400 untuk sebagian besar rumah tangga (ditambah $ 600 yang dipromosikan Trump), serta alokasi dana tambahan untuk program sosial dan perang melawan pandemi virus Corona. Program ini juga memberikan bantuan kepada sektor bisnis dan perusahaan besar.
Kembali ke Yellen, dia pun membahas permasalahan dengan Cina. Secara khusus mengenai bagaimana Baijing memanfaatkan dinamika perdagangan yang tidak adil. Yellen juga bukalah satu-satunya orang dari pemerintahan yang baru dibentuk yang menganjurkan untuk mempertahankan tekanan aktif terhadap Cina. Anjuran ini juga disetujui oleh Antony Blinken, yang akan menduduki jabatan Menteri Luar Negeri AS, dia mengatakan bahwa dirinya setuju dengan pemerintahan Trump bahwa tindakan Cina mengancam stabilitas ekonomi AS. Dalam sebuah pernyataan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Blinken mengusulkan untuk melarang import barang yang diproduksi di Xinjiang dan melarang ekspor ke perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran hak.
Hal senada juga diungkapkan oleh Avril Haines, calon dari Biden untuk jabatan Direktur Intelejen Negara. Haynes mengatakan bahwa dia ingin menggunakan intelejen untuk lebih mendukung upaya melawan praktik HAM Cina yang tidak adil, ilegal, dan agresif.
Yellen juga mencatat bahwa dia siap untuk menggunakan seperangkat alat lengkap untuk memerangi dumping harga yang diberlakukan oleh Cina, serta pemberian subsidi ilegal kepada perusahaan.
Berkenaan dengan nilai tukar, Yellen meninggalkan penggunaan kebijakan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Hal ini berbeda dengan tindakan mantan Menteri Keuangan, Steven Mnuchin, yang telah berulang kali menyatakan preferensinya untuk dolar yang lebih lemah. Yellen mengatakan tujuannya adalah untuk menolak upaya negara lain untuk mendapatkan keuntungan perdagangan, sehingga mengisyaratkan upaya Cina untuk melakukannya dengan yuan yang lemah.
Pada akhir pidatonya, Yellen menyinggung peningkatan utang negara dan defisit anggaran AS. Namun saat ini, tujuan utamanya adalah membantu masyarakat di tengah pandemi virus Corona dan mendukung investasi di bidang infrastruktur dan teknologi.
Momen penting bagi perekonomian AS adalah pembayaran bunga obligasi pemerintah, yang kini berada di bawah tingkat yang diamati pada tahun 2008 selama krisis keuangan. Menurut Yellen, hal tersebut memperkuat argumen penggunaan dana tambahan untuk membantu perekonomian yang dilanda pendemi.
Sedangkan untuk UE, IMF memperkirakan ekonomi Jerman akan tumbuh sebesar 3.5% di tahun 2021, setelah mengalami kontraksi sebesar 5.4% pada 2020. Pemulihan ekonomi akan rauh dan tidak merata, tergantung pada efektifitas perang melawan pandemi virus Corona ini. Pemulihan ekonomi yang sebenarnya akan dimulai hanya setelah penyebaran vaksin secara luas, yang diproyeksikan akan terjadi pada musim gugur. Dalam hal ini, produksi diperkirakan akan kembali ke tingkat sebelum krisis pada awal 2022, karena ketergantungan ekspor Jerman membuatnya lebih rentan karena permintaan eksternal yang lebih rendah. Sementara itu, tingkat pengangguran diproyeksikan meningkat dari 4.2% menjadi 4.3%, sedangkan defisit anggaran diperkirakan turun menjadi 3.4% dari PDB.
Selain itu, IMF juga merilis prakiraan ekonomi untuk Prancis, yaitu akan melonjak sekitar 5.5% pada tahun ini. Namun, produksi jangka menengah akan tetap di bawah level sebelum krisis hingga awal tahun depan. Adapun tingkat pengangguran diperkirakan naik menjadi 10.4% tahun ini, sementara defisit anggaran akan turun menjadi 7.7%. Sebaliknya, utang nasional akan tumbuh menjadi 117.6% dari PDB.
Berkaitan dengan pasangan mata uang EUR/USD, arah selanjutnya akan tergantung pada aktifitas perdagangan pada level 1.2110. Secara khusus, jika kenaikkan ini berhasil menahan kutipan di atas level tersebut, maka EUR/USD mungkin akan naik ke 1.2180 dan 1.2225. Tetapi jika pertahanan berhasil menyeret euro turun ke 1.2055, maka kutipan akan turun ke 1.1990 dan 1.1920.
Sebuha laporan menarik juga diterbitkan oleh bank Uni Eropa kemari. ECB mengatakan standar kredit untuk perusahaan diperketat pada kuartal keempat, dan kondisi pinjaman rumah tangga berubah secara signifikan. Perubahan karena memburuknya prospek ekonomi secara keseluruhan, serta peningkatan risiko kredit peminjam. Situasi tersebut diperkirakan akan meningkat pada kuartal pertama tahun ini.
Pada laporan itu juga disebutkan bahwa pemintaan pinjaman di kuartal keempat terus menurun, sementara permintaan pinjaman rumah meningkat. Sedangkan untuk pinjaman konsumen, ada penurunan permintaan yang nyata. Meskipun demikian, bank mancatat bahwa jaminan pemerintah membantu mempertahankan kondisi pinjaman yang lebih menguntungkan tahun ini.