Volatilitas pasar naik pada hari Selasa di tengah pembicaraan mengenai stimulus ekonomi yang baru. Pada hari sebelumnya, senator GOP mengajukan rencana sebesar $ 618 miliar, yang nominal tersebut tiga kali lebih kecil dari yang di ajukan Joe Biden.
Namun pada hari Selasa, pihak dari Demokrat mencoba untuk mempercepat adopsi tagihan $ 1.9 triliun dan berusaha untuk melewati persetujuan dari Partai Republik.
Yang jumlah tersebut merupakan anggaran untuk fiskal 2021, termasuk diantaranya anggaran belanja pemerintah dan jumlah itu pun telah dikirimkan pada awal pemungutan suara. Akan tetapi, Partai Republik masih dengan keras menolak jumlah tersebut.
Akibatnya, permintaan dolar AS naik, sehingga juga menaikkan harga terhadap emas, perak, dan euro.
Namun Jared Bernstein, anggota Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mencatat bahwa proposal dari Partai Republik gagal pada sejumlah bidang, termasuk pendanaan untuk pembukaan kembali sekolah-sekolah. Partai Republik hanya mengalokasikan sebesar $ 20 miliar untuk sekolah, yang jumlah tersebut jauh lebih rendah dari yang diajukan Biden, yaitu sebesar $ 170 miliar.
Dan meskipun paket Biden menghadapi potensi hambatan dari Partai Republik, jika Senat dan DPR menyetujui resolusi anggaran tersebut, maka instrumen legislatif yang disebut "rekonsiliasi" akan diaktifkan. Hal ini akan memungkinkan Senat untuk meloloskan RUU dengan hanya 51 suara, 48 di antaranya akan diberikan dari Demokrat sendiri, dan dua dari anggota independen yang bekerja dengan mereka, serta dari Kamala Harris yang merupakan Wakil Presiden.
Jika hal ini terjadi, makan akan menjadi pertama kalinya Demokrat melakukan manuver tersebut.
"Kompromi mengenai insentif akan sangat beemanfaat bagi aset keuangan dalam jangka menengah, karena itu berarti ada peluang bagi perekonomian untuk pulih," ungkap Francois Savary, CIO Prime Partners.
