Dolar AS memulai minggu perdagangan barunya dengan sukses. Mata uang ini terus bergerak dalam tren naik, meskipun sebelumnya sudah ada perkiraan negatif mengenai penurunan mata uang tersebut.
Kemarin, mata uang AS mulai menguat setelah publikasi data pasar tenaga kerja AS yang positif pada Jumat lalu. Terhadap euro, nilai mata uang ini bertambah sebesar 0.7%, dan mencapai level 1.9000. Pada pagi hari tanggal 9 Maret, mata uang euro menunjukkan koreksi ke atas yang lemah terhadap mata uang AS. Dan di saat yang sama, indeks dolar telah memperbarui level tertinggi empat bulannya, naik sebesar 0.03%, menjadi 92.34 poin. Analis dari Bloomberg meyakini bahwa pertumbuhan indeks USD mengindikasikan bahwa nilai dolar AS akan semakin menguat.
Pada hari Selasa, pasangan EUR/USD tetap berada di sekitar angka 1.1857-1.1858. Para ahli menganggapnya sebagai salah satu pasangan yang paling rentan dalam mempertahankan volatilitas tinggi minggu ini. Mereka juga mengesampingkan bahwa peningkatan permintaan dolar Amerika Serikat dan retorika "dovish" ECB akan mendorong pasangan ini ke posisi terendah baru. Harus diingat bahwa pasangan EUR/USD jatuh untuk keenam kalinya dari tujuh hari perdagangan terakhir.
Situasi saat ini ternyata menguntungkan untuk mata uang AS yang masih banyak diminati oleh para investor. Katalis untuk kepentingan ini adalah persetujuan Senat AS dari paket stimulus $1.9 triliun. Menurut analis, penerapan RUU ini dapat memicu aksi jual kembali di pasar obligasi.
Faktor pendukung lain bagi penguatan USD adalah pertumbuhan yang aktif dalam hasil obligasi Treasury AS. Tarid pada sekuritas 10-tahun ini telah melampaui 1.6% per tahun, bergerak di atas level tertinggi Februari 2020. Hal ini membantu dolar AS untuk melonjak naik dan menguat terhadap sebagian besar mata uang terkemuka. Pada saat yang sama, dana lindung nilai (hedge funds), yang membuka banyak posisi short dalam mata uang AS tahun lalu, menarik snilai tukar terhadap dolar AS.
Penurunan posisi short USD terjadi di tengah membaiknya prospek ekonomi AS dan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS. Pada saat yang sama, harga dolar AS terus tumbuh, dan memberikan tatapan bangga terhadap pihak-pihak yang sebelumnya telah memprediksi penurunannya.
Namun, permasalahannya adalah perkiraan analis BNP Paribas baru-baru ini. Menurut mereka, tingkat Treasury 10 tahun akan mencapai 2% par tahun dalam proses pertumbuhan inflasi. Hal ini dapat mengakibatkan pengetatan kebijakan moneter Fed, yang diharapkan terjadi pada akhir tahun 2022.