Harga minyak dunia naik pagi ini setelah turun cukup jauh kemarin.
Lebih spesifik lagi, kontrak berjangka Brent untuk Mei naik 0.15%, dan mencapai harga $ 60.88 per barel. Sementara itu, kontrak berjangka bulan Mei untuk WTI melonjak 0.17% dan mencapai harga $ 60.94 per barel.
Namun di sore hari, harga kembali turun menyentuh level terendah sejak Februari. Di ICE, kontrak berjangka Brent untuk Mei tergelincir ke 5.9%, ditutup pada angka $ 60.79 per barel. Di New York Merchantile Exchange (NYMEX), WTI berjangka untuk Mei turun sebesar 6.2%, yang berakibat minyak diperdagangkan pada $ 57.76 per barel.
Jelasnya, penurunan besar-besaran tersebut disebabkan oleh penurunan permintaan minyak di Eropa yang diakibatkan oleh lockdown baru yang diberlakukan di Jerman dan Prancis. Pihak berwenang telah memutuskan untuk memperpanjang lockdown hingga 18 April guna menahan penyebaran COVID-19 yang cukup cepat.
Selain itu, banyak yang mengkhawatirkan lambatnya proses vaksinasi. Pasokan vaksin pun terbatas di banyak negara, yang mengancam penundaan pencabutan lockdown. Dan jika penguncian wilayah ini tetap dilakukan, maka permintaan minyak pun akan sulit untuk pulih.
Namun di Amerika Serikat, para analis memperkirakan bahwa permintaan minyak akan mulai meningkat, terutama di tengah pelonggaran yang dilakukan, vaksinasi yang cepat, dan pemberian dukungan keuangan kepada masyarakat.
Kilang minyak sendiri juga mulai pulih dari cuaca beku yang terjadi dengan tidak terduga pada Februari lalu, yang mengakibatkan pasokan akan mulai meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi pasar minyak adalah, serangan pemberontak terhadap fasilitas minyak di Teluk Persia. Jika ketegangan meningkat, maka harga pasti akan meroket. Namun selama ini pasokan tersebut telah mencukupi, sehingga peningkatan produksi besar-besaran agak mustahil untuk terjadi.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut, OPEC dan sekutunya sepakat untuk mengurangi produksi minyak. Namun, cadangan juga masih sangat besar, sehingga para investor mengharapkan para koalisi untuk memperpanjang batas produksi sampai pertemuan OPEC minggu depan.
Namun bagaimanapun, para analis masih memiliki perkiraan yang cukup optimis bagi minyak. Mereka percaya bahwa permintaan akan segera pulih dalam jangka panjang.