Kenaikan meteorik Bitcoin telah melahirkan banyak jutawan kripto, tetapi tidak ada negara lain yang menghasilkan sebanyak Amerika Serikat. Chainalysis memperkirakan bahwa trader AS memperoleh sekitar $4,1 miliar tahun ini, tiga kali lipat dari negara terbesar berikutnya. Secara total, sekitar 25 negara tampak paling sukses saat trading Bitcoin.
Terbukti, banyak investor menggunakan cryptocurrency utama sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi, tetapi mengingat volatilitas yang tinggi di pasar, tidak mungkin pemain besar akan bergabung dengan tren dalam waktu dekat. Mungkin, itu akan terjadi ketika banyak negara mulai mengatur pasar crypto.
Sementara itu, tindakan terbaru Tiongkok memicu penjualan besar-besaran di pasar crypto, setelah keruntuhan Mei lalu. Pihak berwenang Tiongkok telah meningkatkan tindakan pembatasan terhadap cryptocurrency, mengutip kekhawatiran lama tentang keterlibatan aset dalam banyak penipuan dan pencucian uang. Tetapi, masalah dengan pelacakan transaksi Blockchain masih cukup serius, sehingga pihak berwenang tidak dapat mencapai penyesuaian besar-besaran terhadap larangan tersebut.
Adapun Amerika Serikat, ada banyak proposal tentang bagaimana mengatur pasar crypto. Demikian pula, Uni Eropa juga tengah berdiskusi tentang hal itu.
Kembali ke laporan pendapatan, Tiongkok berada di urutan kedua dengan laba $1,1 miliar, diikuti oleh Jepang, Inggris, Rusia, dan Jerman. Negara-negara berkembang seperti Vietnam, Turki dan Republik Ceko juga berada di peringkat 25 besar.
Chainalysis mengatakan perkiraannya didasarkan pada data transaksi dari layanan kripto.
Saat ini, Bitcoin diperdagangkan pada $31.000, dan penurunan lebih lanjut akan mengakibatkan keruntuhan yang jauh lebih besar hingga $25.700 dan $21.700. Tetapi, jika kuotasi kembali ke $36.200, BTC bisa naik hingga $41.100, lalu hingga $46.700 dan $52.000.
