Emas mengalami kesulitan untuk memantul di atas $ 1,900. Namun demikian, para analis percaya bahwa pada paruh kedua tahun 2021, logam kuning ini akan mengalami pertumbuhan yang jauh lebih besar, karena para investor tidak akan terlalu merasa tertekan ketika mendekati level resistance.
Faktanya, selama pengujian yang terjadi baru-baru ini pada $ 1,900, length-net pada emas sudah lebih tinggi 17%. ETP yang didukung emas juga lebih tinggi 4% (142 ton), dan posisi investor juga jauh lebih tinggi.
Namun, data ETP mengatakan level tersebut akan tetap menjadi resistensi yang kuat untuk waktu yang cukup lama, kecuali jika ekspektasi inflasi melonjak jauh lebih tinggi, dan imbal hasil dolar dan Treasury AS turun jauh lebih rendah.
Dengan demikian, harga emas akan turun bila Federal Reserve mulai mempertimbangkan adanya kenaikan suku bunga lebih awal, yang menurut Standard Chartered dapat terjadi pada bulan Agustus tahun ini.
Faktor lain yang memicu adanya kenaikan harga adalah, meningkatnya permintaan fisik emas. Data terakhir menunjukkan bahwa banyak bank sentral terus melanjutkan pembelian bersih mereka, dan mendotong angka total menjadi 168 metrik ton.
Pada bulan April, bank telah membeli total 68.2 ton, mengikuti pembelian bersih sebesar 91 ton pada bulan Maret. Kazakhtan dan Uzbekistan juga terus meningkatkan cadangan mereka.
Sementara itu Turki, kembali membeli emas setelah menjualnya selama lima bulan terakhir. Dan Thailand, telah menambah 43.5 ton cadangan emasnya.
Hal serupa dilakukan oleh China, yang juga meningkatkan impor emasnya menjadi 110.8 ton, yaitu 4.2 ton lebih tinggi dari tahun lalu.
Ekspor dari Swiss juga meningkat, terutama untuk pengiriman ke Hong Kong, China, AS, dan Inggris.
Namun, mengingat peningkatan kasus COVID-19 baru-baru ini, data untuk bulan Mei mungkin saja mengindikasikan perlambatan permintaan emas, terutama di India. Angka dapat saja meningkat pada paruh kedua tahun 2021.