Penurunan harga minyak kemarin didorong oleh pertumbuhan dolar AS, karena investor keuangan yang telah berinvestasi pada komoditas untuk berlindung dari inflasi, mulai menarik diri dari sektor-sektor ini.
Pada hari Kamis, futures turun sebanyak 3,3%. Minyak berada dalam tekanan. Penguatan dolar AS telah mengurangi daya tarik barang-barang yang dihargai dalam mata uang ini. Inilah yang terjadi setelah Powell mengumumkan bahwa kebijakan moneter ultra-longgar akan segera berakhir.
Sejalan dengan perkembangan ini, pernyataan Iran bahwa kelanjutan kesepakatan nuklir semakin dekat telah menimbulkan kekhawatiran atas potensi aliran ekspor minyak mentah dari Republik Islam tersebut.
Menurut Mitra Pendiri Again Capital, John Kilduff, semua harga komoditas itu telah turun: "Ini adalah likuidasi yang terus terakumulasi selama berminggu-minggu."
Namun, pasar minyak terus menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan meskipun terjadi penurunan harga secara umum. Citigroup Inc. mengatakan bahwa patokan internasional Brent akan segera melampaui $80 per barel, dan permintaan terus meningkat. Menurut laporan dari Energy Information Administration. Ekspor minyak dan bahan bakar AS juga meningkat tajam minggu lalu.
Tetapi sebagai alat pertahanan terhadap inflasi, minyak telah kehilangan kilaunya pasca pernyataan The Fed.
Menurut Ole Hansen, Head of Commodity Strategy Saxo Bank, pasar minyak tidak hanya didorong oleh faktor fundamental, tetapi juga oleh investor keuangan yang membeli minyak untuk alasan lain – seperti lindung nilai inflasi, atau hanya momentum, serta bermain dengan dolar AS.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan bahwa masalah mendasar belum selesai dan dapat didiskusikan. Ini akan terjadi terlepas dari pemilu di negara tersebut pada 18 Juni.
Sementara itu, Ed Moya yang merupakan Senior Analyst di Oanda Corp menyatakan bahwa prospek peningkatan minyak Iran di pasar minyak dalam waktu dekat akan terus memberikan tekanan kepada investor seiring dengan pertumbuhan dolar AS.
Dengan demikian, Teheran mungkin tidak akan dapat meningkatkan produksi hingga kuartal keempat karena kesepakatan nuklir mungkin tidak dapat dicapai. Hal ini dinyatakan dalam laporan konsultan Energy Aspect.
Iran mengatakan pihaknya dapat memperpanjang perjanjian pemantauan utama, yang berpotensi mengulur waktu untuk memperbarui kesepakatan nuklir 2015.
Menurut kepala perusahaan minyak negara Nigeria, Mele Kyari, OPEC+ dapat dengan mudah menyetujui peningkatan produksi.
