Dolar AS khawatir mengenai perubahan tidak terduga dalam inflasi setelah naik pada keputusan Fed minggu lalu untuk mulai membatasi stimulus. Dalam situasi tersebut, analis percaya bahwa mata uang yang ditunjukkan menjalankan resiko yang benar-benar akan jatuh.
Saat ini, dolar AS membeku dalam menantikan kejutan inflasi, dimana perekonomian Amerika yang kaya. Rabu lalu, Fed mempertahankan suku bunga dalam kisaran 0-0,25% dan mengumumkan pengurangan dalam volume aset pembelian ($15 milyar di November dan Desember 2021). Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar, meskipun banyak kekhawatiran dari pengetatan retorika regulator. Pada saat yang sama, Fed masih mempertimbangkan inflasi tinggi akan menjadi fenomena sementara.
Menurut Ketua Fed, Jerome Powell, tingkat inflasi yang ada tidak sesuai dengan stabilitas harga. Ia menjelaskan fenomena ini bukan dari memanasnya pasar tenaga kerja AS, yang berkontribusi dengan transisi dari inflasi tinggi ke bentuk yang stabil, namun dengan pemulihan yang tidak merata dari perekonomian nasional dan dengan gangguan rantai pasokan global. Dalam pandangan ini, waktu normalisasi perekonomian AS tetap tidak pasti.
Para ahli percaya bahwa situasi saat ini memperlambat dinamika dolar AS. Di awal minggu baru, USD menunjukkan stabilitas namun tetap dibawah level tinggi dari Jumat lalu. Menurut analis, kehadiran yang berkepanjangan dari dolar AS di dekat level puncak dua tahun menghalangi pertumbuhan lebih lanjut. Perlu dicatat bahwa setelah pengurangan mingguan, peserta pasar meningkatkan posisi beli mereka pada greenback.
Jumat lalu, dolar AS berhasil mencapai level tinggi 15 bulan dari 1.1513 setelah publikasi dari data kuat terkait pasar tenaga kerja AS. Namun, kemenangan itu ternyata hanya sementara. Dolar AS stabil di level 1.1566. Pada Senin pagi, pasangan EUR/USD trading di dekat level 1,1562, mencoba menyusul, namun tanpa banyak kesuksesan.
Jika perusahaan Amerika meningkatkan harga mereka, inflasi tinggi di Amerika Serikat akan bertahan jauh lebih lama dibandingkan perkiraan Fed. Sebagian besar organisasi harus meningkatkan harga untuk meningkatkan laba mereka ditengah biaya tenaga kerja konstan. Jika tren negatif meningkat, bank sentral harus meningkatkan tingkat dana federal, yang akan mendukung dolar AS.
Para ahli berfikir bahwa dampak negatif dari inflasi pada USD di masa mendatang tidak memungkinkan. Peserta pasar percaya diri bahwa Fed mengendalikan level dan siap mempertahankan kebijakan moneter lemah. Investor waspada terhadap ketidakpastian regulator mengenai sifat sementara inflasi dan waktu dari pengembalian ke target di 2%. Terhadap latar belakan ini, resiko kesalahan dalam MP meningkat. Hal ini akan mengakibatkan rantai kalkulasi perhitungan ekonomi yang keliru yang bisa menurunkan dolar AS. Namun, Fed mungkin akan mempertimbangkan ulang sikap inflasi sebagai faktor sementara di 2022. Sebelumnya, J. Powell menekankan bahwa kebijakan moneter yang ada akan disesuaikan tergantung pada data ekonomi saat ini.