Indeks-indeks saham AS belum lama ini diperdagangkan bervariasi. Dow Jones melanjutkan pergerakan korektifnya. S&P 500 stabil di level tertingginya. Sementara itu, NASDAQ memperbarui level tertingginya kemarin. Secara keseluruhan, ketiga indeks ini masih diperdagangkan di kisaran level tertinggi sepanjang masa mereka. Sejauh ini, investor tidak khawatir mengenai kemungkinan pengetatan kebijakan moneter di AS. Pekan ini, semua presiden bank sentral regional di AS dan anggota Dewan Gubernur menyampaikan pidato.
Salah satu pejabat yang terakhir berpidato adalah Charles Evans, kepala Fed Chicago. Seperti para koleganya, ia berharap tekanan inflasi akan turun tahun depan dan program stimulus berakhir pada pertengahan tahun depan. Hanya saat itu, the Fed dapat mempertimbangkan kemungkinan kenaikan pertama suku bunga, menurut Evans. Kepala Fed Chicago itu juga menjelaskan bahwa ia mengandalkan ketahanan rantai pasokan yang lebih tinggi. Ia mengatakan bahwa sektor rumah tangga akan terpukul paling keras oleh kenaikan harga energi yang juga dapat memicu perlambatan ekonomi. Pada waktu yang sama, Evans menunjukkan keadaan pasar saham yang sangat baik.
Secara keseluruhan, pidato Charles Evans tidak mengandung informasi apapun. Semua orang tahu bahwa rakyat miskin yang paling menderita dari kenaikan harga gal alam, bensin dan listrik. Selain itu, meningkatnya harga energi selalu mendorong inflasi. Pada waktu yang sama, banyak pimpinan bank regional percaya bahwa tapering QE akan berakhir pada pertengahan 2022. Hal yang sama berlaku untku kenaikan suku bunga. Hanya James Bullard, presiden Federal Reserve Bank St. Louis, yang berbicara mendukung pengetatan kebijakan lebih awal pekan ini. Mungkin beberapa anggota Dewan lainnya akan mendukung pandangannya tapi itu tidak akan cukup untuk mempercepat laju tapering pada bulan Desember, belum lagi kenaikan lebih awal suku bunga acuan.
Sejauh ini, bursa saham AS kemungkinan akan tetap bullish. Harga diperkirakan akan memasuki koreksi segera setelah tapering QE berakhir dan Fed mulai menaikkan suku bunga. Alternatifnya, gelembung atau bubble yang telah terbentuk selama 18 bulan terakhir dapat meledak. Jika benar demikian, investor dapat menyaksikan perolehan profit beberapa bulan lagi. Selain itu, inflasi di level tertingginya yang berarti investor masih membutuhkan instrumen lindung nilai.