Menurut survei Wall Street, 13 analis menyampaikan opini mereka terkait kenaikan harga emas dan posisi yang netral, masing-masing sebesar 46% dan hanya 8% yang mendukung penurunan harga.
Sisi Main Street lebih optimis. Dari 1.039 investor ritel yang berpartisipasi, 53,6% optimis, 23,9% bearish, dan 22,5% netral. 
Peristiwa utama untuk diawasi adalah pengumuman the Fed pada hari Rabu.
Pekan lalu, investor fokus pada angka inflasi AS terbaru, yang menjadi faktor penentu menjelang rapat FOMC.
Data bulan November menunjukkan bahwa harga konsumen naik pada laju tercepat hampir dalam 40 tahun, dengan naik 6,8%. Namun, perubahan bulanannya lebih kecil dari bulan Oktober dan naik 0,8%, ini memberikan pasar harapan bahwa tekanan harga mungkin telah mencapai maksimum.
Menurut Presiden Manajemen Aset Adrian Day, Adrian Day, investor tentu akan kembali ke emas sebagai proteksi sementara inflasi telah mencapai level tertingginya sejak 1982. Inflasi ini nyata dan serius, dan akan lebih stabil dibandingkan dari versi aslinya. Selain itu, ia mengatakan bahwa the Fed, ECB, dan bank-bank sentral utama lainnya benar-benar tertinggal dalam upaya menangani fenomena yang tidak ada.
Tidaklah mengejutkan bahwa inflasi tetap menjadi tren yang paling mencolok pada 2022.
Selanjutnya, banyak ekonom percaya bahwa tekanan inflasi akan mencapai puncak pada paruh pertama 2022 dan kemudian turun pada paruh kedua tahun ini; namun, konsumen dapat mengharapkan inflasi melampaui level-level bersejarahnya. Menurut perkiraan ekonomi, inflasi akan mencapai 4 sampai 6% di tahun depan.
Menurut para ekonom, 2022 akan menjadi tahun transisi yang penting sementara the Fed berjuang memperketat kebijakan moneternya. Karena meningkatnya ancaman inflasi, bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada bulan Juni.
Apa artinya semua ini untuk emas? Masih ada ketidakpastian dalam ekonomi global.
Sebelum bulls emas mulai melemah karena gagasan empat kenaikan suku bunga tahun depan, penting untuk melihat gambaran besarnya. Sebagian besar analis menganggap ekspektasi pasar saat ini terlalu agresif.
Menurut banyak analis, suku bunga riil akan tetap di level rendah atau negatif tahun depan karena inflasi. Diprediksi minat yang baru dalam logam mulia akan muncul, ini jarang muncul pada 2021, karena investor mencoba untuk melindungi kekayaan dan daya beli mereka.
