Jerman menyatakan bahwa mereka membutuhkan gas alam dalam transisi ke energi yang dapat diperbarui.
Menurut Steffen Hebestreit, pemerintah berencana untuk menggunakannya sebagai bahan bakar perantara sebelum meninggalkannya sepenuhnya pada tahun 2045.
Jerman memiliki kelompok aktivis lingkungan yang sangat kuat, yang kini telah menjadi bagian dari koalisi yang berkuasa. Terlepas dari wacana menentang bahan bakar fosil, mereka akhirnya menerima bahwa ada kebutuhan untuk memiliki setidaknya satu bahan bakar fosil karena negara itu akan menutup semua pembangkit listrik tenaga nuklirnya pada akhir tahun ini.
Padahal, pada akhir tahun 2021, Jerman sudah menutup tiga pembangkit listrik tenaga nuklir dengan total kapasitas 4 GW. Menurut AFP, kekuatan ini setara dengan kekuatan 1000 turbin angin. Perbandingan hanya sampai di situ karena energi atom dapat menghasilkan listrik secara terus menerus.
Hal itu menyisakan tiga pembangkit listrik tenaga nuklir Jerman, yang dijadwalkan akan ditutup pada akhir tahun ini. Awal pekan ini, pemerintah memutuskan untuk mengikuti langkah Brussel, yaitu mengklasifikasikan beberapa proyek gas alam dan nuklir sebagai 'energi hijau'. Hal ini akan membuka pintu untuk investasi tambahan dalam sumber energi selain angin, matahari dan hidrogen.
Namun, sikap anti-nuklir Berlin yang kuat dapat menempatkannya pada konflik dengan Prancis, yang bergantung pada tenaga nuklir untuk lebih dari dua pertiga konsumsi listriknya.
