Karena situasi geopolitik yang menegangkan di Ukraina, yang telah berlangsung selama dua pekan, krisis kemanusiaan terus meningkat. Lebih dari 2 juta pengungsi Ukraina mengguyur masuk ke Eropa. Inflasi terus tumbuh.
Tentu saja, kenaikan terbaru emas ke atas $2.000 hanyalah awal dari pergerakan jangka panjang yang lebih besar.
Hasil survei terbaru untuk emas tidak menunjukkan mayoritas yang jelas untuk prediksi jangka pendek di kalangan analis pasar. Pada waktu yang sama, sentimen bullish di kalangan investor ritel juga turun dari level-level tinggi dua pekan lalu.
Pekan lalu, 18 analis Wall Street ikut bagian dalam survei emas. Di antara pesertanya, delapan analis, atau sebanyak 44%, memberikan suara untuk kenaikan harga emas pekan ini. Pada waktu yang sama, tiga analis, atau 17%, lebih ke short position, dan tujuh analis, atau 39% netral terhadap harga.
1.013 suara diberikan dalam jajak pendapat daring Main Street. Dari semuanya, 634 responden, atau 63% mengharapkan kenaikan dalam harga pekan ini. 223 pemberi suara lainnya, atau 22%, mengatakan lebih rendah, sementara 156 responden, atau 15%, netral.
Menurut analis pasar Equiti Capital David Madden, meskipun ia bersikap netral pada harga emas pekan ini, ia melihat peningkatan risiko untuk pertumbuhan menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve, yang akan dilakukan pada hari Rabu.
Semua mengharapkan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak enam kali tahun ini, namun, situasi geopolitik di Ukraina menciptakan banyak ketidakpastian ekonomi, karena kenaikan harga komoditas meningkatkan risiko inflasi. Setiap petunjuk bahwa Bank Sentral akan bersikap kurang agresif dalam kebijakan moneternya dapat berdampak baik untuk emas.
Kemungkinan besar, konflik yang sedang berlangsung di Eropa Timur akan terus mendorong harga emas lebih tinggi jika tidak ada perubahan positif dalam beberapa hari mendatang.