Mata uang AS tidak percaya diri. Potensi keuangannya masih sangat besar, meskipun ditolak beberapa negara untuk melakukan pembayaran dalam USD. Karena ini, euro harus puas dengan peran sebagai juragan dan mendukung kekuatan greenback. Pada waktu yang sama, kapabilitas EUR jauh lebih kecil dari lawannya itu.
Menurut para analis, faktor geopolitik yang berhubungan dengan konflik Rusia-Ukraina akan memberikan dampak yang lebih kuat pada dinamika euro dalam jangka panjang dibandingkan dengan USD. USD memiliki cukup kekuatan untuk bertahan terhadap dampak negatif berkepanjangan, berbeda dengan rivalnya untuk pasangan EUR/USD. Hasilnya, ekonomi zona euro dapat menderita jauh lebih serius dibandingkan dengan ekonomi AS.
Perbedaan dalam pendekatan kebijakan moneter antara Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa semakin memperparah situasi. Dalam isu utama ini, kesenjangan antara bank sentral semakin melebar. Menurut para ahli, ECB perlahan-lahan bergerak ke arah menaikkan suku bunga, dan The Fed telah menaikkannya dan bermaksud untuk mengulangi langkah-langkah ini. Akibatnya, perbedaan kekakuan kebijakan moneter bank sentral terkemuka meningkat, yang semakin memperkuat mata uang AS terhadap mata uang Eropa.
Konflik Rusia-Ukraina yang berlarut-larut membingungkan investor yang berperilaku sangat hati-hati dan lebih memilih untuk berinvestasi dalam aset yang aman seperti dolar dan emas. Situasi saat ini memberi tekanan pada pasangan EUR/USD. Pasangan klasik ini telah lama meninggalkan level tertinggi di 1,1100, dan di masa depan tidak dapat bertahan di dekat 1,1000. Pada pagi hari Selasa, 22 Maret, pasangan EUR/USD diperdagangkan di 1,0988 dan mencoba untuk kembali ke kisaran sebelumnya.
Krisis geopolitik saat ini memberikan pukulan terbesar pada mata uang Eropa. Terhadap latar belakang ini, para ahli khawatir jika ekonomi zona euro tertinggal, yang dengan susah payak menolak dampak negatif. Namun, euro tidak memiliki potensi yang sama dengan dolar, yang menurut ekspresi tepat para ekonom, otoritas Amerika telah berubah menjadi senjata global. Dengan latar belakang ini, euro terlihat seperti pengawal dengan seorang pejuang dan dipaksa untuk memakai aksesoris tempurnya untuk menghadapi lawan yang kuat.
Greenback menggunakan posisi dominannya, dengan mempercayai bahwa tidak mudah untuk menemukan pengganti yang layak untuk itu. Dinamika USD saat ini dapat digambarkan dengan pepatah: "Anjing menggonggong, kafilah berlalu." Mata uang AS dengan keras kepala naik dan dengan terampil melewati rintangan. Saat ini, tidak ada alternatif yang layak untuk greenback. Menurut Jack McIntyre, manajer portofolio di Brandywine, sekarang bukan waktu yang tepat untuk "menantang dolar." Ia yakin bahwa ekonomi global tidak akan mengatasi tugas ini. Untuk euro, yuan atau franc Swiss, mata uang ini sangat cocok untuk diversifikasi portofolio investasi, tetapi tidak untuk menggantikan USD.
Awal pekan ini, pada hari Selasa, greenback naik harga terhadap mata uang lainnya di tengah penilaian terhadap komentar Pimpinan Fed Jerome Powell. Ingatlah bahwa kepala bank sentral AS itu berbicara mengenai prospek masa depan kebijakan moneter AS. Menurut Powell, jika diperlukan bank sentral juga akan menaikkan suku bunga acuan. Pernyataan ini memicu rally lain dalam pasar mata uang AS.
Dengan latar belakang ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, dolar sangat populer di kalangan investor sebagai aset safe haven. Hal ini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan indeks USD sebesar 2,12%. Berlanjutnya krisis geopolitik meningkatkan kekhawatiran mengenai memburuknya konsekuensi ekonomi dan inflasi bagi ekonomi global. Para ahli yakin bahwa pukulan utama akan jatuh pada ekonomi zona euro. Risiko dampak negatif tetap ada baik untuk ekonomi AS maupun untuk pasangan EUR/USD, yang prospek langsungnya sulit untuk dinilai.
