Sementara di Afrika menarik harga minyak untuk naik, di Asia harga terpantau turun, Eropa pun memutuskan nasib Brent dan WTI. Eskalasi konflik di Ukraina telah membawa kembali pembicaraan pasar Uni Eropa bergabung dengan embargo AS dan Inggris terhadap minyak Rusia. Tumbuhnya risiko mengusir produsen terkemuka dunia dari pasar memungkinkan varietas North Sea naik di atas angka $114 per barel. Namun, tidak mungkin untuk mendapatkan pijakan pada level ini.
Produksi minyak di Libya terpantau turun lebih dari 500.000 barel per hari di tengah kerusuhan politik. Ladang Sharara, yang memproduksi sekitar 300.000 barel per hari, ditutup karena meluasnya protes. Disisi lain pasar sudah begitu berat menghadapi kondisi perpindahan bertahap Rusia, dan kemudian saat ini ada Libya. Akibatnya, selisih antara kontrak Brent terdekat meningkat menjadi $1,15. Dan harga seminggu yang lalu adalah $0,21.
Dinamika Brent berjangka dan spread antara kontrak terdekat
Bear North Sea didukung oleh situasi epidemiologis yang tegang di China, yang bisa mempengaruhi ekonomi konsumen minyak terbesar. Bahkan PDB China terpantau meningkat dari 4% menjadi 4,4% pada kuartal pertama, terdampak wabah COVID-19 dan penguncian terkait baru yang muncul pada akhir Maret. Dalam hal ini, data untuk kuartal kedua kemungkinan besar akan menyedihkan, karena target 5,5% pada akhir tahun tidak tercapai.
Bank Dunia juga memahami hal ini, yang menurunkan perkiraannya untuk PDB global untuk 2022 dari +4,1% menjadi 3,2%. Alasan utamanya adalah COVID-19 dan konflik bersenjata di Ukraina, dan akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu Eropa terancam resesi bila mereka bergabung dengan embargo AS-Inggris terhadap minyak Rusia. Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bila UE lebih dari sebelumnya, sangat perlu untuk berhenti mengimpor minyak dari Rusia. Yang ditanggapi Moskow dengan peringatan kalau larangan minyak Rusia akan membuat harga meroket ke level tertinggi dalam sejarah.
Menurut saya, koreksi Brent pada akhir Maret dan awal April dikaitkan dengan de-eskalasi konflik bersenjata di Ukraina. Lawan membangun potensi militer mereka di Donbas dan bersiap untuk operasi aktif. Segera sesudah mereka mulai, mekanisme "pertempuran di Eropa Timur - sanksi - meningkatnya risiko pemotongan produksi - kenaikan harga" mulai bekerja lagi. Pada awal Maret, justru menyebabkan pertumbuhan harga varietas North Sea di atas $135 per barel. Apa yang menanti kita di paruh kedua musim semi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda perlu memikirkan durasi peristiwa penting yang memengaruhi minyak. Tampaknya, menurut saya pergolakan politik di Libya akan berakhir, sedikit lebih cepat daripada wabah di China. Sementara konflik bersenjata di Ukraina tidak akan berakhir begitu saja. Seiring perkembangannya, risiko larangan impor minyak Rusia ke UE akan meningkat, yang hingga saat ini, setia melayani "bull" untuk varietas North Sea.
Secara teknis, penembusan resistance di $113,8 dengan penutupan di atas level ini akan menandai keluarnya harga Brent di luar nilai wajar dan dapat berfungsi sebagai dasar untuk membuka posisi beli dengan target di $118,4 dan $124,2 per barel.
Grafik harian Brent