Pada hari Senin, Departemen Keuangan AS merilis laporan lain tentang arus modal asing untuk bulan Maret. Laporan itu untuk menilai sejauh mana investor bereaksi terhadap perkembangan operasi militer di Ukraina dan, akibatnya, rate penarikan modal ke AS. Berdasarkan laporan itu, tidak ada pergerakan modal. Ini datang sebagai kejutan besar. Sebaliknya, dinamikanya negatif. Investor asing mengurangi investasi mereka di sekuritas AS.
Pada bulan Maret, penjualan bersih ekuitas oleh investor asing mencapai $94,3 miliar, rekor sepanjang masa. Obligasi korporasi dan sekuritas lembaga pemerintah pergerakannya minimal, sedangkan pada treasury penurunan bulanan sekitar 97 miliar dan trennya jelas tidak mendukung Dolar.
Uni Eropa dan Jepang, penyedia modal utama ke AS, memiliki masalah pendapatan yang jelas. Di Uni Eropa, defisit perdagangan tumbuh pada rekor tertinggi €28.5bn pada bulan Maret. Jepang telah mengalami defisit perdagangan 9 bulan dan rekor 8 tahun pada bulan Januari. Hilangnya surplus perdagangan mencegah sekutu utama AS membeli utang AS.
Ada kontradiksi. Indeks Dolar telah meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir, tetapi investor asing tidak membeli Dolar untuk berinvestasi di sekuritas AS. Namun, ini tidak mengejutkan. Imbal hasil riil turun, meskipun ada pernyataan hawkish dari pejabat Fed. Bank-bank sentral telah mulai menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi, tetapi imbal hasil riil (dihitung sebagai perbedaan antara imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun dan inflasi) di bawah nol untuk semua negara.
Yen Jepang adalah yang tertinggi pada grafik ini hingga Jumat pagi, karena inflasi hanya 1,2% di bulan Maret. Namun, Yen tidak bertahan lama di puncak, karena inflasi naik tajam menjadi 2,5% di bulan April dan imbal hasil riil di Jepang menurun. Euro dan terutama Pound adalah yang berkinerja terburuk, dengan Dolar memiliki return riil di bawah -5% pada hari Jumat. Kondisi keuangan ini benar-benar tidak menarik investor.
Grafik yang menunjukkan imbal hasil riil tampak mengecewakan. Upaya bank sentral belum membuahkan hasil. Skenario yang paling mungkin bagi perekonomian global dalam menghadapi kenaikan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah stagflasi. Berdasarkan survei bulan Mei oleh Bank of America Global Research, sekitar 77% manajer dana investasi mengatakan bahwa mereka melihat "pertumbuhan di bawah tren dan inflasi di atas tren," juga dikenal sebagai stagflasi, sebagai hasil yang paling mungkin untuk perekonomian global tahun depan. Hal ini merupakan persentase tertinggi sejak Agustus 2008.
Sekitar 72% manajer dana memperkirakan perekonomian global akan melemah selama 12 bulan ke depan. Ini adalah pandangan paling pesimistis para fund manager terhadap outlook perekonomian global sejak 1995.
Grafik imbal hasil riil dan kurangnya aliran modal asing ke AS menunjukkan bahwa permintaan Dolar memiliki alasan spekulatif dan teknikal daripada alasan fundamental. Investor dipandu oleh jadwal kenaikan suku bunga Fed, yang diperkirakan akan lebih agresif daripada bank sentral lainnya. Ini memberikan beberapa peningkatan dalam permintaan Dolar sebagai mata uang dengan imbal hasil yang lebih tinggi di masa depan. Selain itu, harus diasumsikan bahwa utang utama dunia yang didenominasi Dolar dan ketika krisis berlangsung, permintaan mata uang pendanaan meningkat karena kewajiban utang harus dipenuhi dalam lingkungan keuangan yang memburuk. Faktor ini juga tidak menunjukkan apa-apa tentang kekuatan Dolar.
Perkembangan krisis energi dan pangan akan memberikan keuntungan bagi negara-negara pengekspor. Kami berasumsi bahwa permintaan Dolar akan menurun dalam beberapa minggu mendatang. Ada peluang penguatan yang tinggi untuk Dolar Kanada serta NZD dan AUD, yang sebagian besar berfokus pada Tiongkok. Euro dan Pound akan tetap berada di bawah tekanan kuat karena tidak memiliki dasar fundamental untuk pertumbuhan.
