Tekanan jual yang berkelanjutan di pasar saham membantu pasar emas bersinar kembali sebagai aset safe-haven. Meningkatnya tekanan inflasi memperburuk risiko penurunan yang meningkat, hal ini seperti yang dikatakan oleh beberapa ekonom.
Analis pasar mengatakan banyak investor melarikan diri dari ekuitas karena kenaikan inflasi memberi tekanan pada pendapatan kuartal pertama.
S&P 500 turun 4% pada hari Rabu, penurunan satu hari terburuk sejak Juni 2020. Tekanan jual belum mereda karena kita melihat S&P turun 1% kembali pada hari Kamis.
Sementara itu, harga emas berhasil menemukan support di level $1.800 per ounce pada hari Rabu, dengan beberapa tindak lanjut pembelian teknis pada hari Kamis.
Menurut Craig Erlam, seorang analis pasar senior di OANDA, investor kembali berlindung pada emas, karena mereka bereaksi terhadap ancaman resesi, dan bukan hanya ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi. Kenaikan suku bunga telah mendorong hasil dan membuat dolar menjadi lebih menarik.
Sementara kinerja harga emas mengecewakan selama dua bulan terakhir, beberapa analis mengatakan emas telah memainkan perannya sebagai aset safe-haven, mengungguli pasar ekuitas.
Dalam waktu dekat, beberapa analis menyarankan harga saham yang lebih rendah lagi.
Saham memberikan dukungan vital untuk emas, tetapi inflasi tetap menjadi pendorong utama untuk logam mulia utama ini.
Dalam hal pengembalian absolut, kinerja dolar setahun penuh emas dapat terlihat mengecewakan, tetapi dengan dampak dolar yang lebih kuat dan kerugian yang tajam pada saham dan obligasi, setiap investor emas yang terdiversifikasi kemungkinan akan merasa puas.
