
Mengutip Leigh Goehring, CEO Goehring & Rozencwajg Associates, black swan tahun 2022 masih jauh dari selesai.
Krisis lain muncul di pasar gas AS karena pasar global sedang melalui tantangan ketegangan geopolitik di Ukraina. Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan defisit minyak dan hasil pertanian. Leigh Goehring memperkirakan krisis besar yang akan terjadi dalam 6 bulan mendatang di AS diakibatkan harga gas yang sangat tinggi.
Prediksi ini mengkhawatirkan karena AS tidak akan mampu bertahan dari krisis ini karena peristiwa yang tidak terduga dapat menyebabkan kekurangan di pasar gas AS dalam konteks AS telah meningkatkan ekspor gasnya.
Pakar ini memperingatkan bahwa jika peristiwa berdampak tinggi mungkin terjadi di Amerika Utara, pasar gas akan tiba-tiba berubah dari keuntungan struktural menjadi defisit struktural. Jika itu terjadi, harga gas di AS bisa meroket. Harga gas mungkin naik tiga atau bahkan empat kali lipat.
Perubahan krusial pada 2022 terjadi pada tingkat ekspor. Leigh Goehring menyatakan bahwa AS telah berkembang dari pemain sekunder di pasar LMG ekspor global menjadi eksportir LNG terbesar di dunia dalam 6 tahun terakhir. Dari sudut pandangnya, persediaan LNG AS akan menyusut tajam dalam 6 bulan mendatang.
Harga gas yang tinggi akan memukul pasar AS karena Federal Reserve sangat ingin membendung inflasi melalui pengetatan moneter yang agresif. Pada akhir musim gugur 2022, inflasi mungkin melampaui 10% akibat potensi lonjakan harga gas alam. Katalisator lainnya adalah lonjakan harga minyak yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun 2022. Kedua faktor ini secara bersamaan dapat mendorong inflasi ke level 10% per tahun. Jika prediksi itu menjadi kenyataan, The Fed AS harus menaikkan suku bunga lebih tinggi.
Ekonom ini tidak mengkhawatirkan bagaimana ekonomi AS akan bertahan, melainkan konsekuensi apa yang akan ditimbulkan oleh Fed AS dengan menaikkan suku bunganya lebih dari 2-3%. Ketika Jerome Powell menaikkan suku bunga federal menjadi 2,25%-2,50% pada tahun 2018, langkah ini menyebabkan berbagai masalah dalam sistem keuangan. Jika ia menaikkan suku bunga menjadi 2-3% lagi, ekonomi juga akan menghadapi masalah keuangan. Jadi, Powell harus menekan tombol jeda pada kenaikan suku bunga, Leigh Goehringc menyimpulkan.