Mata uang AS dan Eropa, yang bersaing di pasar finansial, cenderung mengabaikan satu sama lain. Terkadang greenback atau euro membuat pergerakan menipu yang seringkali berhubungan dengan penurunan jangka pendek. Pekan ini, USD hampir jatuh ke dalam jebakan, dengan memperhitungkan penurunan lanjutan mata uang tunggal Eropa. Namun, euro telah mengembalikan sebagian posisi yang telah hilang dan berencana untuk bergerak ke arah ini.
Mata uang Eropa naik harganya pada Senin, 8 Agustus, setelah lama turun. Namun, pertamanya EUR sangat inferior terhadap dolar, yang mengembangkan momentum pertumbuhan pada pekan lalu. Manuver yang menipu ini membuat greenback terbuai, yang sekarang harus pulih dan mencoba untuk naik pada level-level terkini.
Mata uang AS mundur dari level tertinggi terbaru pada Selasa, 9 Agustus, di tengah ekspektasi data inflasi AS. Menurut para analis, jika tingkat pertumbuhan harga telah mencapai puncak, itu akan berimbas negatif pada dinamika USD dan memaksa Federal Reserve untuk mempertimbangkan kembali langkah-langkan pengetatan kebijakan moneter sebelumnya. Menginga bahwa pada Jumat lalu, 5 Agustus, Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan kenaikan jumlah orang yang dipekerjakan dalam sektor non agrikultur (sebanyak 528.000). Angka ini jauh melebihi ekspektasi pasar, karena kenaikan diprediksi sebesar 250.000. Pada waktu yang sama, inflasi upah yang diukur oleh rata-rata pendapatan per jam, tetap sama (5,2% dalam skala tahunan). Terhadap latar belakang ini, banyak pelaku pasar merevisi perkiraan untuk suku bunga Fed. Hasilnya, kemungkinan kenaikannya pada bulan September sebesar 75 bps melonjat ke 70% dari sebelumnya 30%.
Sehubungan dengan mata uang Eropa, ancaman resesi tetap ada. Hal ini memberi tekanan serius pada mata uang tunggal, yang merusak dinamikanya. Pada waktu yang sama, ahli strategi mata uang Commonwealth Bank of Australia percaya bahwa tanpa data ekonomi penting dari zona euro, dinamika pasangan EUR/USD "akan menentukan tren dolar saat ini." Banyak ekonom yakin bahwa euro akan tetap kuat terhadap mata uang lain dalam waktu dekat, meskipun adanya kesulitan dengan pasokan energi dan kenaikan harga komoditas.
Pekan lalu, harga listrik di Eropa mencapai nilai puncak. Namun, ini terlalu mempengaruhi dinamika pasangan EUR/USD, meskipun para ahli khawatir bahwa pasangan ini akan menguji level terendah terbaru. Menurut analis, kenaikan biaya pengangkut gas alam dan energi meningkatkan risiko resesi di zona euro. Para ekonom yakin bahwa ini akan memberikan tekanan pada euro dalam jangka pendek dan jangka menengah. Minggu ini dimulai dengan relatif positif untuk pasangan EUR/USD, yang melonjak tajam ke 1,0200.
Namun, keberuntungan kemudian berpaling dari euro, yang kembali terjebak dalam tren menurun. Pasangan EUR/USD berada di dekat 1,0195 pada pagi hari Selasa, 9 Agustus. Pasangan ini berkonsolidasi di sekitar 1,0190 pada awal minggu ini, tetapi dalam jangka menengah, para pakar percaya bahwa pasangan EUR/USD akan tetap dalam rentang luas 1,0095-1,0300.
Euro berada di bawah tekanan tidak hanya dari risiko yang terkait dengan pasokan energi, tetapi juga data ekonomi optimis dalam pasar tenaga kerja di Amerika Serikat. Laporan positif berkontribusi pada dimulainya kembali pertumbuhan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan greenback. Hal ini terjadi setelah indeks aktivitas usaha dalam sektor manufaktur dan jasa AS naik. Banyak analis memperkirakan pertumbuhan lebih lanjut dalam imbal hasil obligasi AS dan dolar dalam waktu dekat. Katalis untuk kenaikan tersebut adalah laporan inflasi di Amerika Serikat, yang rilisnya dijadwalkan pada Rabu, 10 Agustus. Dalam skenario tersebut, posisi hawkish The Fed akan menerima konfirmasi tambahan.
Data makro saat ini dari Amerika Serikat memperkuat ekspektasi pasar tentang kenaikan suku bunga Fed pada bulan September. Menurut perhitungan awal, peningkatan 75 bps tersirat, tetapi perkiraan dasar mengasumsikan peningkatan 50 bps. Pada waktu yang sama, perselisihan mengenai kemungkinan resesi dalam ekonomi Amerika berlanjut. Namun, laporan ekonomi makro saat ini menghapus keraguan dan membenarkan kekuatan ekonomi AS. Setelah laporan ketenagakerjaan Juli yang solid di AS, pada pakar percaya bahwa kenaikan suku bunga 75bp pada pertemuan FOMC September hanya tidak menunggu waktu.
Beberapa pejabat Fed sebelumnya telah menyatakan bahwa pada tahun 2022 suku bunga di Amerika Serikat akan melebihi 3%. Pada waktu yang sama, kementerian mengingatkan bahwa bunga pinjaman dapat dikurangi pada kuartal kedua 2023. Namun, data inflasi Amerika Serikat yang akan datang, yang diperkirakan rilis pada Rabu, 10 Agustus, akan memaksa pasar untuk merevisi perkiraan mereka untuk penurunan suku bunga pada tahun 2023. Menurut para pakar, pasar harus mendengarkan retorika keras The Fed. Namun, penerapan skenario seperti itu akan meningkatkan tekanan pada euro dan membuka jalan untuk pertumbuhan lanjutan dolar.