Minyak kian murah dan harga kembali naik pada Selasa. Bicara tentang kemungkinan pengurangan produksi OPEC+ yang memengaruhi keputusan investor yang akan membebani harga.
Menteri Energi Arab SaudI Pangeran Abdulaziz bin Salman di awal pekan ini menyampaikan bahwa saat ini pasar minyak telah menjauh faktor fundamentalnya, volatilitas tinggi serta likuiditas sangat rendah merupakan penyebab utamanya. Ia juga menegaskan dalam situasi seperti ini OPEC+ dapat menggunakan hak istimewa untuk mengatur pasar. Misal, OPEC+ dapat mengumumkan pengurangan produksi secara tiba-tiba, terutama karena tindakan ini telah dilakukan sebelumnya pada krisis 2020-2021.
Dengan latar belakang laporan seperti ini, harga minyak berjangka Oktober di Bursa London ICE Futures pada pagi di sesi trading Eropa turun 0.47% kembali ke nilai akhir sesi trading hari sebelumnya. Harganya mencapai $100.54 per barel, berhasil tumbuh dari 0.32% dibanding harga final pada Selasa.
Minyak berjangka WTI untuk bulan September dalam trading elektronik di New York Mercantile Exchange anjlok ke 0.33% pada pagi hari, atau level dekat $93.43. Meskipun demikian, di siang hari kontrak-kontrak ini sehubungan dengan nilai akhir hari Selasa kembali naik harganya, bahkan mencapai level $93,41.
Statistik aktivitas bisnis (kita berbicara mengenai data awal Agustus) untuk Uni Eropa dan AS ternyata heterogen, tetapi tanpa penurunan signifikan, ini pula sebabnya risiko resesi global yang mendekat telah pelan-pelan surut ke latar belakang.
Data dari American Petroleum Institute (API) yang diterbitkan pada hari Rabu menunjukkan penurunan stok minyak AS selama seminggu terakhir (15-19 Agustus) sebesar 5,6 juta barel. Persediaan bensin meningkat sebesar 0.2 juta barel, sulingan sebesar 1.05 juta barel. Data saham resmi dati Departemen Energi AS akan diterbitkan pada hari Rabu. Kemungkinan tidak akan ada perubahan angka signifikan yang akan terlihat, terutama musim penjualan mobil sudah usai sehingga konsumsi produk minyak bumi secara bertahap akan melambat.
Saat ini Rusia mulai mendekati beberapa negara di benua Asia terkait rencana penyelesaian kontrak minyak dengan diskon hingga 30% untuk jangka panjang. Laporan ini dilakukan oleh Bloomberg News, mengutip seorang pejabat Barat.
Kemungkinan, dengan negosiasi seperti ini, Rusia akan mengusik negosiasi lain seperti negara anggota G7 agar membuat pengecualian terkait sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Menurut rencana otoritas Rusia, pihak ketiga dapat lebih mudah membeli minyak mentah Rusia dengan harga murah yang ditetapkan oleh negara-negara Barat. Di waktu yang sama, Rusia akan menemukan pembeli untuk menggantikan minyak yang saat ini dipasok ke Eropa.
Perlu diingat bahwa paket keenam sanksi anti-Rusia dari Uni Eropa mencakup larangan impor minyak dari Federasi Rusia, serta penggunaan oleh negara-negara ketiga dari perusahaan negara untuk asuransi dan jasa keuangan. Larangan akan mulai berlaku pada 5 Desember, namun pejabat AS khawatir sistem yang saat ini berlaku akan membuat biaya minyak melonjak dan memberikan keuntungan besar pada Rusia.