Pada permulaan simposium di Jackson Hole, gosip terkait dinamika dolar yang berhasil kian meningkat. Pelaku pasar menanti dengan tegang, merenungkan apa yang akan dikatakan Ketua Fed Jerome Powell dan bagaimana pidatonya akan memengaruhi kebijakan moneter saat ini, dan seperti apa prospek greenback nantinya
Di simposium sebelumnya, Powell fokus pada isu-isu yang sangat penting. Pada tahun 2020, Powell mengumumkan stimulus moneter untuk ekonomi Amerika yang terkena dampak pandemi COVID-19. Tahun lalu, momen kuncinya adalah pernyataan mengenai sifat inflasi yang sementara dan pembatasan insentif. Kesalahan Powell. Sikapnya terhadap inflasi telah merugikan ekonomi dunia dan Amerika, meskipun situasi ini masih dapat diperbaiki.
Pada tahun 2022, tema acara tersebut adalah penilaian kembali terhadap kendala ekonomi saat ini, yaitu kenaikan harga skala besar dan cara memerangi inflasi di luar skala. Para ahli sedang mempertimbangkan dua skenario pidato Powell:
1) Basis
Jajaran tinggi di The Fed akan kembali fokus pada inflasi yang sangat tinggi, ini menekankan bahwa otoritas moneter akan memerangi inflasi. Bank sentral AS akan melakukan apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat.
2) Negatif
Powell akan mengonfirmasikan bahwa The Fed mengikuti jalur yang dipilih dan siap untuk menaikkan suku bunga secara agresif demi memerangi inflasi. Dengan latar belakang seperti ini, perekonomian AS akan mengalami tekanan yang kuat. Selain itu, mungkin ada peningkatan hasil dan koreksi di pasar. Namun tidak ada prasyarat untuk implementasi skenario kedua.
Menurut para ahli, keputusan Powell akan menentukan dinamika lanjutan greenback. Pelaku pasar berharap pidato Powell akan mengklarifikasi prospek langsung dari kebijakan moneter. Menurut analis, Powell "akan mencoba mengelola ekspektasi pasar" sambil mempertahankan posisi hawkish The Fed. Pada hari Kamis, 25 Agustus, di lokasi simposium Jackson Hole, perwakilan The Fed mengkonfirmasi niat mereka untuk menaikkan suku bunga dan mempertahankannya pada level tinggi sampai inflasi melemah. Pada saat yang sama, investor tetap optimis tentang mata uang AS dan awas hati-hati pada bias negatif terhadap mata uang Eropa.
Dolar menunjukkan kekuatannya minggu ini setelah mendapatkan momentum pasca rilis data ekonomi makro yang positif. Sehingga pada kuartal kedua tahun 2022, tingkat pertumbuhan PDB AS direvisi naik (dari -0,9% menjadi -0,6%). Di waktu yang sama, jumlah pendaftar tunjangan pengangguran menurun lebih dari yang diharapkan. Setelah statistik dirilis, profitabilitas di AS meroket tetapi kemudian sedikit turun dari level tinggi.
Para ahli telah mencatat pertumbuhan greenback yang stabil di tahun berjalan (sebesar 13,5% terhadap banyak mata uang utama). Mata uang AS kembali naik ke level tertinggi dalam 20 tahun, sementara euro anjlok sekitar 12% di bawah paritas, ini belum pernah terjadi selama dua dekade. Saat ini, ada banyak bulls USD di pasar yang bertaruh melihat kenaikan USD. Trader dan investor yakin bahwa dolar sanggup untuk terus tumbuh berkat sikap The Fed yang hawkish dan indikator ekonomi Amerika Serikat yang inspiratif.
Dengan latar belakang ini, mata uang Eropa jelas kalah dari pesaingnya, Amerika. Krisis energi di Eropa serta sikap Bank Sentral Eropa yang tidak stabil dalam menaikkan suku bunga semakin menyulut api yang berkobar. Di saat yang sama, sebagian besar perwakilan bank sentral mendukung kenaikan suku bunga sebesar 50 bps. Namun banyak investor yang terhalang oleh prospek ekonomi zona euro yang memburuk dan inflasi yang terus melonjak. Dengan latar belakang seperti ini, situasi inflasi di Amerika Serikat terlihat jauh lebih stabil daripada di Eropa.
Menurut analis, inflasi dua digit di zona euro disebabkan oleh konflik jangka panjang Rusia-Ukraina yang memicu krisis energi. Para ekonom khawatir jika negara-negara blok euro akan jatuh ke dalam fenomena "downward spiral of wage and price growth", dan sulit untuk keluar. Dengan latar belakang ini, posisi beli pada euro jatuh tajam dan berada di bawah tekanan.
Kegagalan mata uang Eropa juga juga disebabkan oleh peran mata uang Amerika, para ahli menekankan. Menurut analis JPMorgan, greenback tidak hanya didukung oleh "rapot ekonomi yang baik" terkait inflasi dan lapangan pekerjaan di Amerika Serikat, tetapi juga oleh "meningkatnya kerentanan" ekonomi Eropa. Perlu diingat bahwa pada bulan Juli indeks harga konsumen di Amerika Serikat naik sebesar 8,5% secara tahunan. Pada saat yang sama, peningkatan tak terduga pada jumlah pekerjaan mengurangi kekhawatiran pasar tentang timbulnya resesi.
Mata uang AS didorong oleh dukungan kuat berupa kenaikan suku bunga Fed yang agresif. Menurut analis investasi di U.S. Bank Wealth Management, tren ini akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan. Dengan latar belakang ini, pasangan EUR/USD mempertahankan tren bearish, dan euro masih terlihat rentan. Para ahli mencatat risiko downside lanjutan terkait euro.
Dalam jangka pendek, pasangan EUR/USD mampu menguji level paritas lagi. Euro masih menunjukkan pelemahan setelah gagal mempertahankan angka 1,0000. Menurut para ahli, pemulihan di atas level 1,0030 akan mendukung mata uang tunggal. Namun, sekarang nilainya tenggelam dengan cepat. Pasangan EUR/USD berada di dekat 0,9963 pada pagi hari Jumat, 26 Agustus. Saat ini, para ahli menganggap 0,9950 sebagai garis support, breakdown ini yang akan menarik pasangan ke level rendah 0,9900.
Sebelumnya, ahli strategi mata uang di Capital Economics mengumumkan adanya periode pelemahan euro yang berkepanjangan di tengah memburuknya kondisi ekonomi di zona euro. Terkait latar belakang ini, dolar banyak kesempatan untuk naik, karena pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan September. Terwujudnya skenario seperti itu akan semakin menekan euro. Meskipun begitu,sinyal apapun dari kepala bank sentral bahwa Fed mengakui stabilisasi tingkat inflasi akan memungkinkan pasar untuk menafsirkan apa yang telah disebut "mendukung pelonggaran kebijakan moneter". Kesalahpahaman atas pernyataan Powell dapat mengguncang posisi dolar dan membantu pemulihan pasangan EUR/USD jangka pendek, para ahli menyebut.