Bank Sentral Eropa siap mengulangi kenaikan suku bunga setengah poin yang diterapkan bulan lalu, ujar petinggi ECB yang mengikuti simposium Jackson Hole pekan lalu. Mereka juga menyatakan bahwa langkah yang lebih besar mungkin terjadi jika inflasi mendekati rekor selanjutnya.
Anggota Dewan Eksekutif, Isabelle Schnabel, petinggi ECB paling senior yang hadir pada pertemuan tersebut, mendesak anggota lain "menunjukkan tekad kuat mereka untuk segera mengembalikan inflasi ke level target".
Data harga konsumen Zona Euro, yang akan dirilis hari Rabu, kemungkinan akan menyoroti urgensinya. Bagaimanapun, estimasi menunjukkan rekor tertinggi lainnya sebesar 9%, yang lebih dari empat kali lipat target 2%.
Regulator terus berjuang menstabilkan harga setelah inflasi tahun ini di luar kendali. Tetapi kemampuannya dibatasi oleh meningkatnya risiko resesi di Eropa, serta fakta bahwa mereka tidak memiliki kendali atas perang di Ukraina.
Selain suku bunga, topik lain yang dibahas pada simposium Jackson Hole termasuk depresiasi euro terhadap dolar dan penurunan pembelian obligasi oleh ECB.
Suku bunga
Setelah kenaikan setengah poin yang lebih besar dari perkiraan yang dimulai pada bulan Juli, minoritas yang cukup besar di Dewan Gubernur yang beranggotakan 25 orang mempertimbangkan kenaikan 75 basis poin pada bulan September. Tak satu pun dari etinggi tersebut mengisyaratkan mereka akan mendorong langkah yang lebih besar, dengan alasan pentingnya data dan prakiraan yang belum terjadi. Tetapi prakiraan baru dari ECB kemungkinan akan menunjukkan perubahan besar ke atas yang dapat mendorong inflasi 2023 menjadi lebih dari 5%, menurut orang yang mengetahui situasi tersebut.
Bahkan beberapa petinggi ECB yang lebih berhati-hati, seperti Olli Rehn dari Finlandia dan Francois Villeroy de Galhau dari Prancis, menekankan perlunya tindakan "signifikan", bahasa yang dianggap sebagai sinyal dukungan untuk kenaikan 50 basis poin selanjutnya.
Sementara itu, Schnabel mengatakan bahwa meskipun resesi melanda, mereka tidak punya banyak pilihan selain melanjutkan jalur saat ini. Ketua Bundesbank, Joachim Nagel, juga mengatakan terlalu dini untuk memikirkan kapan harus berhenti menaikkan suku bunga.
Inflasi
Kekhawatiran meningkat bahwa masyarakat mungkin segera mulai kehilangan kepercayaan pada kemampuan ECB untuk mengendalikan harga konsumen.
Pendorong utama tekanan harga adalah ketegangan di Ukraina, terutama dampaknya terhadap harga energi. Kemungkinan pemangkasan pasokan gas alam, serta kenaikan harga bahan bakar fosil, akan berlangsung lama.
Nilai tukar
EUR/USD melemah lebih dari 12% sejak Januari, dan terjebak di bawah level paritas. Ini memperburuk prospek inflasi, terutama karena harga energi sebagian besar dihitung dalam mata uang AS. Dalam hal perdagangan, tahun ini euro terdepresiasi sekitar 4%. Dalam dua tahun, euro melemah sebanyak 20%.
Sementara pejabat ECB berpendapat nilai tukar bukan menjadi tujuan kebijakan dan hanya salah satu faktor dalam menilai ekonomi, beberapa petinggi membunyikan alarm.
Likuiditas berlebih
Pembelian obligasi selama bertahun-tahun dan syarat pinjaman jangka panjang yang murah hati telah menyebabkan kelebihan likuiditas sebanyak lebih dari €4 triliun ($4 triliun) dalam sistem keuangan zona euro. Begitu suku bunga deposito naik dari 0% pada bulan depan, bank-bank yang menyimpan likuiditas ini di ECB akan mulai menerima pendapatan bebas risiko yang signifikan. Namun, hal ini akan mengancam efektivitas kebijakan moneter, serta merugikan bank sentral di wilayah tersebut.
Pengetatan kuantitatif
Dengan berlanjutnya kenaikan suku bunga, langkah logis berikutnya adalah merampingkan neraca ECB. The Fed dan Bank of England mulai memangkas kepemilikan obligasi mereka, dan perdebatan atas cara memecahkan masalah di kawasan Euro perlahan muncul. Beberapa pejabat ECB yang berpikiran lebih keras siap membawa masalah ini ke diskusi - jika tidak pada bulan September, maka pasti pada akhir tahun.
