Data inflasi Inggris dan zona euro yang dirilis kemarin tidak penting karena pada awal pekan ini Bank of England secara terbuka mengumumkan mereka akan terus memperketat kebijakan moneter, sementara kenaikan inflasi di kawasan euro dari 9,1% menjadi 9,9 % sesuai dengan estimasi awal, artinya sama sekali tidak memengaruhi mood pelaku pasar.
Inflasi (Inggris):
Terlebih, krisis politik yang sedang berlangsung di Inggris menjadi sorotan karena meskipun ada pergantian menteri keuangan dan rencana pemotongan pajak yang diusulkan diabaikan, semakin banyak pejabat yang menuntut pengunduran diri perdana menteri. Liz Truss bahkan dipaksa berbicara di House of Commons untuk membela dan membenarkan tindakannya sebagai kepala pemerintahan. Ini jelas merupakan krisis politik berat yang berkembang dalam konteks semakin parahnya krisis ekonomi, yang jelas tidak membuat pound optimis.
Di AS, klaim pengangguran akan rilis hari ini, tetapi laporan ini tidak mungkin membuat perbedaan. Jumlah pengajuan awal akan meningkat hanya sebanyak 2.000, sementara pengajuan berulang dapat meningkat dengan jumlah yang sama. Artinya, pelaku pasar tidak punya pilihan selain mengandalkan peristiwa di Inggris ketika memutuskan kapan dan di level mana mereka akan melakukan trading.
Sejauh ini, kondisi saat ini mengisyaratkan pound tidak mungkin akan menunjukkan pertumbuhan besar, sehingga para trader harus memperkirakan berlanjutnya penurunan. Euro juga kemungkinan akan menunjukkan skenario ini.
EUR/USD saat ini dalam tahap rebound dari 0.9850, sehingga posisi short melonjak di pasar. Ini mengembalikan kuotasi ke bawah 0.9800. Jika laju tersebut bertahan, euro mungkin jatuh ke 0.9700. Namun terlepas dari fluktuasi yang ada, pasangan ini masih dalam siklus naik. Kembalinya harga ke 0.9850 dapat mengembalikan posisi long.
Sementara itu GBP/USD memantul dari area resistance 1.1410/1.1525 dan kembali ke 1.1200. Kuotasi akan terus turun jika pound tetap di bawah 1.1150.
