Minyak mulai berkonsolidasi. Sepintas, ini akibat melemahnya dolar AS, di satu sisi, dan melambatnya aktivitas ekonomi di sisi lain. Tapi masalahnya bukan ini. Akibat gejolak yang terus-menerus, perhatian investor terus beralih dari masalah terbatasnya pasokan ke risiko resesi global, yang tidak memungkinkan Brent melebarkan sayapnya. Pada saat yang sama, banyak faktor negatif terkait permintaan telah diperhitungkan dalam kuotasi varietas Laut Utara. Keadaan ini membuat puncak harga potensialnya terbatas.
Minyak dihargai dalam mata uang AS, sehingga penruunan indeks USD menjadi kabar baik bagi Brent. Pasar aktif membahas topik melambatnya laju pembatasan moneter The Fed, khususnya, kenaikan suku bunga pada bulan Desember bukan sebesar 75, melainkan 50 bps. Pasar juga membahas argumen pejabat FOMC terkait topik ini pada bulan November. Laporan positif perusahaan dan penunjukan Rishi Sunak sebagai Perdana Menteri Inggris, juga berkontribusi pada rally S&P 500, yang meningkatkan selera risiko global dan menekan pada dolar AS.
Dinamika minyak dan dolar AS
Selain itu, pasar saham kini berlangsung dalam mode "berita ekonomi yang buruk baik untuk kita". Dalam situasi ini, berlanjutnya perlambatan kegiatan usaha, termasuk laju tercepat penurunan PMI di sektor manufaktur AS, menjadi alasan bagus untuk membeli saham perusahaan dan menjual dolar. Bagi minyak, ini bagai pedang bermata dua. Indeks manajer pembelian jatuh tidak hanya di Amerika Serikat, melainkan juga di Eropa dan kawasan lain, yang memperburuk penurunan permintaan global terhadap emas hitam.
Pada saat yang sama, menurut SPI Asset Management, risiko resesi dalam ekonomi global dan jatuhnya permintaan dilebih-lebihkan, dan tentu saja diperhitungkan dalam harga. Sebaliknya, produksi OPEC+ terpangkas 2 juta barel per hari, yang siap dimulai pada November, dan dimulainya embargo UE terhadap minyak Rusia mulai Desember akan memungkinkan Brent kembali ke $100 per barel.
Dinamika transportasi laut minyak Rusia
IEA yakin sekitar 80-90% minyak dari Federasi Rusia tidak akan jatuh di bawah batas harga yang ditetapkan oleh G7, menjadi kabar baik bagi perekonomian global, yang masih membutuhkan emas hitam Rusia. Pada saat yang sama, menurut Bloomberg, sanksi Eropa tidak akan berlaku mulai awal Desember, tetapi lebih awal. Volume pasokan laut dalam sepekan hingga 21 Oktober turun ke level terendah sejak pertengahan September.
Menurut saya, risiko resesi global belum sepenuhnya diperhitungkan dalam harga minyak. Perekonomian AS tetap tangguh meskipun siklus pengetatan moneter Fed kini menjadi yang paling agresif dalam beberapa dekade. PDB pada kuartal ketiga siap tumbuh sebesar 2,3%. Peluang konsolidasi varietas Laut Utara tinggi, tetapi masih bisa terus turun.
Secara teknikal, di chart harian Brent, terdapat pola Splash and shelf pada basis 1-2-3. Saya menyarankan memasang pending order untuk membeli di level $94,8 dan menjual dari level $88,8 per barel.