Beat the dog before the lion. Pepatah yang berarti 'untuk melampiaskan frustrasi pada seseorang atau sesuatu dengan konsekuensi lebih rendah' ini bisa diterapkan dengan baik pada apa yang dilakukan Joe Biden saat ini. Presiden AS memperingatkan perusahaan minyak nasional bahwa dirinya akan berusaha untuk menerapkan pajak lebih tinggi pada perusahaan minyak yang membukukan keuntungan "rejeki nomplok" tanpa berinvestasi pada produksi AS. Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk memanfaatkan keuntungan mereka untuk meningkatkan produksi minyak dan pada akhir akan menurunkan harga bahan bakar. Warga AS dikagetkan oleh inflasi tinggi sementara pengetatan moneter yang agresif yang dilakukan The Fed mendorong negara itu ke dalam jurang resesi. Sehingga, pemerintah AS putus asa mencari cara untuk menjinakkan harga yang melonjak, termasuk biaya bahan bakar meskipun ini bisa menjadi upaya yang menantang.
Sebelumnya, AS meminta OPEC+ untuk memproduksi lebih banyak minyak karena harga minyak mentah yang tinggi berkontribusi pada resesi. Sementara itu, perusahaan energi AS menggunakan keuntungan mereka untuk membayar dividen alih-alih menginvestasikannya kembali dalam produksi dan pemurnian. Biden menuduh mereka "mencari keuntungan dari perang" dan bertekad untuk menghentikan ini. Minyak mentah Brent naik jauh sejak Mei karena OPEC+ telah memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah untuk membatasi kenaikan harga ini.
Ganti oli bulanan
Jelas, presiden AS memiliki beberapa motif politik di balik pernyataannya. Biden jelas memahami upaya Fed adalah untuk memerangi inflasi yang mendorong ekonomi ke dalam resesi yang membayangi partai Demokrat. Di saat yang sama, kekhawatiran atas penurunan ekonomi global merupakan alasan utama mengapa minyak kehilangan seperempat nilainya sejak musim panas ini. Apabila The Fed dan bank sentral lainnya memperlambat laju pengetatan moneter, resesi global dapat dihindari yang merupakan faktor positif bagi Brent.
Khususnya, OPEC telah meningkatkan proyeksi permintaan minyak global selama beberapa tahun ke depan hingga 2025. Kartel memperkirakan permintaan global berada di 105,5 juta barel per hari, naik 2 juta barel dari perkiraan sebelumnya. Mungkin, aliansi berharap untuk melihat resesi cepat atau tidak ada resesi sama sekali.
Perkiraan permintaan minyak global OPEC
Sejauh yang kami lihat, apabila The Fed berhasil melakukan soft landing yang berarti menaikkan suku bunga tanpa merugikan perekonomian, minyak akan bereaksi dengan megalami kenaikan. Selain itu, investor akan lebih fokus pada embargo minyak Rusia karena Desember akan datang. Moskow belum sepenuhnya siap untuk mengalihkan aliran pasokannya ke negara lain yang menjadi faktor bullish bagi Brent.
Faktanya, permintaan minyak global mungkin berubah menjadi lebih baik dari yang diharapkan, sehingga mendukung prospek positif untuk patokan minyak mentah Brent. Penurunan pasokan minyak dari Rusia juga akan mendongkrak harga minyak.
Dari sudut pandang teknis, munculnya pola seperti Three Indians dan Splash and Shelf mengisyaratkan pembalikan tren turun yang akan datang. Penembusan area resistance di $95 akan menjadi saat yang baik untuk melakukan buy pada aset. Level $95,8, $97,2, dan $98,9 akan bertindak sebagai target awal.