Menurut mantan direktur eksekutif yang berwenang mengatur kebijakan moneter selama pandemi, dolar AS semakin cepat kehilangan pijakan melawan yen Jepang. Namun, Bank of Japan kemungkinan akan secara bertahap mengakhiri langkah-langkah darurat untuk menstabilkan kurva imbal hasil begitu gubernur baru menjabat pada April tahun ini. Ini karena langkah-langkah darurat kemungkinan akan berlangsung selama beberapa bulan. Mantan petinggi Eiji Maeda menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa "kemungkinan besar Bank of Japang akan mengambil sejumlah langkah dalam enam bulan pertama setelah gubernur baru dipilih." Meskipun begitu, regulator "kemungkinan akan terus mempertahankan kebijakan moneter yang longgar untuk menjaga imbal hasil obligasi tetap rendah" bahkan jika YCC berakhir dan suku bunga negatif melanjutkan jalurnya yang positif.
Sementara Jepang melalui transisi menjauh dari ekonomi dimana inflasi mendekai nol untuk waktu yang lama, menurut Maeda, mantan ekonom senior di Bank of Japan, negara itu pada jalurnya untuk mengakhiri deflasi yang gigih. Selain itu, itu memberikan Bank of Japan peluang untuk berhenti menggunakan langkah-langkah stimulus yang agresef. "Ekonomi mulai mengalami inflasi moderat, sehingga kebutuhan untuk mengambil aksi cepat semakin berkurang. Ada peluang bahwa tekanan penetapan harga dapat berkembang 1 sampai 1,5%," tambah Maeda.
Seingat saya gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda, berbicara menentang serangan pasar yang kuat pada skema insentif Bank of Japan tepat satu pekan lalu. Setelah langkah Bank Sentral yang mengejutkan untuk mendorong suku bunga target pada obligasi 10 tahun menjadi 0,5% pada Desember tahun lalu, spekulasi mengenai potensi perubahan kebijakan mulai muncul.
Namun, seperti yang diungkapkan oleh kebanyakan ahli, hingga Kuroda turun jabatan pada 8 April, tidak akan ada banyak perubahan yang dilakukan.
Maeda menambahkan bahwa faktor utama dalam keputusan bulan Desember adalah volatilitas berlebihan yen. Selain meningkatnya volatilitas nilai tukar mata uang asing dan penurunan dalam likuiditas pasar, YCC memiliki "konsekuensi besar," menurut Maeda. Ia menegaskan bahwa bank tidak akan tiba-tiba mengakhiri kebijakannya yang mudah. Sebaliknya, bank kemungkinan besar mengetatkan kebijakan secara bertahan dengan kenaikan dalam pembelian obligasi dan aliran uang yang cukup ke bursa-bursa keuangan. Options cukup memungkinkan, termasuk melebarkan kisaran imbal hasil 25 basis poin lagi, ini akan menandai awal dari akhir untuk YCC.
Sepanjang langkah normalisasi kebijakannya, Bank of Japan "dapat mengumumkan pelonggaran YCC secara bertahan dan berjanji untuk menjaga plafon imbal hasil obligasi di 0,75%," menurut Maeda.
Sehubungan dengan gambaran teknikal GBP/USD, jelas bahwa dolar semakin kehilangan pijakan melawan yen. Harga menembus level support di 126,35 dapat memberikan tekanan lebih pada instrumen trading, yang dapat menghasilkan sell-off yang lebih besar antara 124 dan 121,30. Hanya setelah dolar AS memperoleh kendalinya kembali pada level resistance di 131,60 akan memungkinkan untuk membahas mengenai koreksi kenaikan dan penguatan greenback. Ini dapat menyebabkan kenaikan yang lebih kuat di area 134,70 dan 138,30, dimana pemarin dolar yang besar kembali ke pasar.
Sehubungan dengan analisis teknikal EUR/USD, masih ada permintaan untuk mata uang tunggal dan ada potensi bahwa level tertinggi bulanan dan tahunan akan terus diperbarui. Untuk melakukan ini, instrumen trading ini harus tetap di atas 1,0860, yang akan menyebabkan harga bergerak ke 1,0930. Anda dapat dengan mudah melalui titik ini untuk mencapai 1,0970 ketika update ke 1,1007 akan datang. Hanya penurunan support di 1,0860 yang akan memberikan tekanan lebih pada pasangan ini dan mendorong EUR/USD ke 1,0805, dengan kemungkinan penurunan minimal ke 1,0770 jika instrumen tradingnya turun.
