Emas tetap menjadi aset safe-haven yang menarik di tengah gejolak keuangan akhir-akhir ini. Saat ini, harganya berkonsolidasi di sekitar $2.000 per ounce, karena ada banyak faktor yang memicu kekhawatiran keuangan, termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Fed pada rapat kebijakan moneter mendatang.
Kebanyakan percaya bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga untuk yang terakhir kali, dan kemudian mempertahankannya hingga inflasi terkendali. Menurut CME FedWatch Tool, ada peluang 80% bahwa Fed akan mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pekan depan.
Perbedaan opini dan sikap dalam kebijakan moneter global akan terus merugikan dolar dan mendukung harga emas, khususnya karena emas menjaga posisi yang kuat dalam melindungi investor dari guncangan pasar lebih lanjut.
Dalam sektor perbankan, gelombang kekhawatiran yang baru mulai tumbuh karena First Republic Bank mengumumkan kehilangan simpanan sebesar $100 miliar pada kuartal pertama 2023. Ini terjadi sebelum bank tersebut menerima $30 miliar dari bank-bank besar dalam upaya memulihkan kepercayaan diri dalam sektor keuangan.
Selain itu, analisis dari investor komoditas Dennis Gartman menunjukkan bahwa emas memiliki hasil terbaik dalam portofolionya ketika ia menjabat sebagai kepala komite investasi University of Akron Fund. Dua tahun lalu, Gartman mengurangi bagian sahamnya sebanyak 3% dan mengonversinya ke dalam emas.
Dalam investasi pribadinya, ia menegaskan posisi bullishnya dalam emas dan obligasi Treasury, dan menambahkan bahwa dari segi ekuitas, ia juga berorientasi bearish dalam jangka panjang.