Dolar Australia mengalami penurunan setelah Reserve Bank of Australia merilis risalah pertemuan yang menunjukkan kenaikan suku bunga yang tidak terduga akibat inflasi yang disebabkan oleh kondisi pasar tenaga kerja yang ketat dan harga properti yang meningkat.
Risalah tersebut mengungkap bahwa dewan RBA membahas jeda yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi menyimpulkan bahwa argumen baru saat ini mendukung kenaikan suku bunga menjadi 4,1%, level yang terakhir terlihat sejak April 2012. Keputusan ini diambil setelah pembacaan inflasi bulanan untuk April mengalami percepatan.
Dolar Australia turun dan imbal hasil obligasi tiga tahun turun enam basis poin karena para trader tidak menganggap risalah tersebut sebagai tanda yang terlalu hawkish.
Setelah dirilisnya risalah tersebut, Wakil Gubernur Michele Bullock memperingatkan bahwa tingkat pengangguran perlu naik menjadi 4,5% dari tingkat saat ini sebesar 3,6% agar inflasi kembali mencapai level sasaran. Proyeksi resmi menunjukkan bahwa indeks harga konsumen secara keseluruhan akan mencapai 2-3% pada pertengahan 2025, dari tingkat saat ini sebesar 7%.
Selain pasar tenaga kerja yang ketat dan percepatan inflasi, faktor terkait pemberian pinjaman hipotek dan keputusan untuk menaikkan upah minimum sebesar 5,75% mempengaruhi keputusan RBA. Menurut data terbaru, ekonomi Australia melambat lebih dari yang diharapkan, dengan keyakinan bisnis turun ke wilayah negatif, dan sentimen konsumen fluktuatif mendekati level terendahnya.
