Setelah penjualan selama tiga bulan, bank sentral kembali membeli emas pada bulan Juni, ujar Dewan Emas Dunia. Data terbaru menunjukkan bahwa enam bank sentral meningkatkan portofolio emas mereka, sementara dua bank sentral lainnya terus menjual logam tersebut. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa volume pembelian netto meningkat menjadi 55 ton, dengan Bank Sentral Turki dan Bank Rakyat Cina muncul sebagai pemimpin. Keduanya membeli sejumlah 21 ton emas.
Namun, meskipun Turki membeli 11 ton emas pada bulan Juni, negara tersebut masih perlu membeli lagi karena cadangan emasnya masih turun sebanyak 100 ton tahun ini. Perlu diingat bahwa bank sentral menjual logam tersebut sebelumnya untuk memenuhi permintaan domestik dan untuk menjaga defisit neraca perdagangan tetap terkendali, pemerintah mengambil langkah-langkah untuk membatasi impor emas.
Polandia juga membeli jumlah emas yang signifikan yaitu 14 ton, diikuti oleh Uzbekistan yang membeli 8 ton emas. Republik Ceko membeli 3 ton emas, Qatar membeli 2 ton emas, dan India membeli 1 ton emas.
Hanya Kazakhstan dan Singapura yang menjual logam tersebut pada bulan Juni. Cadangan emas resmi Kazakhstan turun 3 ton, sedangkan Singapura turun 1 ton.
Namun, terlepas dari tekanan penjualan pada bulan Juni, Singapura tetap menjadi pembeli emas utama karena cadangan emasnya meningkat lebih dari 71 ton pada tahun ini. Pembelian pada bulan Juni oleh bank sentral juga sejalan dengan tren pasar umum.
Menurut WGC, permintaan emas dari bank sentral pada kuartal kedua adalah 102,9 ton, 39% lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan pada kuartal kedua tahun 2022. Namun, karena permintaan rekor di kuartal pertama, permintaan bank sentral di paruh pertama tahun 2023 mencapai level rekor.
Singkatnya, meskipun permintaan menurun setelah lonjakan tahun lalu, para analis percaya bahwa hal itu akan terus memberikan dukungan yang kuat pada harga hingga akhir tahun.