Angin sakal yang kuat telah memukul emas secara signifikan, tetapi belum menjatuhkannya. Ketika imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun mencapai level tertinggi sejak 2007, dolar AS menguat, dan peluang kenaikan suku bunga federal fund menjadi 5.75% meningkat, logam mulia harus meninggalkan medan perang. Namun, penurunannya tampaknya lebih seperti sebuah kemunduran yang teratur. Bulls jelas sedang mengumpulkan kekuatan untuk melakukan serangan balik, dan mungkin akan dipicu di Jackson Hole.
Di tengah arus keluar modal selama 12 minggu dari ETF yang berfokus pada emas, yang terpanjang sejak November, optimisme para pemain utama tampak aneh. Menurut survei Bloomberg, 5 dari 12 manajer aset berencana untuk meningkatkan proporsi logam mulia dalam portofolio investasi mereka dalam 12 bulan ke depan. Tidak ada satupun responden yang berniat menguranginya. Selain itu, dua dari tiga manajer memperkirakan pertumbuhan harga, dengan lima di antaranya memperkirakan rekor tertinggi baru untuk XAU/USD.
Dinamika emas dan arus modal dalam ETF
Perkiraan konsensus untuk emas di antara 602 responden investor dari MLIV Pulse menunjukkan kenaikan harga menjadi $2021 per ounce dalam waktu satu tahun. Pendorong utama kenaikan harga logam mulia termasuk ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, termasuk antara China dan AS, konflik bersenjata di Ukraina, pembelian emas oleh bank sentral, permintaan konsumen yang tinggi, dan semakin dekatnya akhir siklus pengetatan moneter the Fed.
DWS Group mengantisipasi permintaan yang tertunda dari para investor, dengan harapan bahwa proses kenaikan suku bunga federal fund telah berakhir. Perusahaan ini memperkirakan harga emas akan mencapai rekor $2250 per ons pada suatu saat di tahun 2024. Mengamati ketahanan emas terhadap headwinds saat ini, kita mulai percaya pada prospek "bullish".
Pendorong lain untuk reli XAU/USD bisa jadi adalah krisis kepercayaan terhadap utang pemerintah AS. Semakin tinggi imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, semakin besar kepanikan akan potensi gagal bayar. Pada akhirnya, hal ini akan memicu lonjakan permintaan aset safe haven, penurunan imbal hasil obligasi AS, dan lonjakan harga logam mulia.
Dengan demikian, apa yang saat ini terjadi dengan emas tampaknya tidak terlalu mirip dengan melarikan diri atau mundur, dan lebih mirip dengan pegas yang melingkar. Dan itu mungkin akan berakhir di Jackson Hole. Jika Jerome Powell mengumumkan akhir dari siklus pengetatan kebijakan moneter, bertentangan dengan perkiraan kenaikan suku bunga FOMC pada bulan Juni menjadi 5.75%, emas akan melambung. Kemungkinan hasil seperti itu dari pertemuan para kepala bank sentral sangat kecil, tetapi tetap ada.
Secara teknikal, setelah beberapa hari mengalami penurunan, emas rebound di atas $1900 per ons. Namun demikian, target 161.8% dalam pola trading harmonik AB=CD belum dicabut. Harga tetap mendekati angka $1832 per ons. Oleh karena itu, pertimbangkan untuk menggunakan pertumbuhan harga dengan rebound berikutnya dari resistance di $1917, $1925, dan $1935 untuk penjualan.
