Pagi ini, pasangan EUR/USD sedang mengalami kenaikan sebagai bagian dari koreksi setelah turun kemarin ke level terendah dalam tiga bulan pada level 1,0686. Sementara itu, banyak analis yang meyakini bahwa pasangan mata uang ini ditakdirkan untuk terus menurun, dengan memprediksi level terendah baru dalam waktu dekat. Mari kita bahas potensi risiko penurunan untuk EUR/USD, terutama jika Bank Sentral Eropa (ECB) menerapkan skenario terburuk untuk mata uang Eropa pekan depan.
USD mendapatkan dorongan lain
Kemarin, mata uang AS mengalami peningkatan nilai setelah dirilisnya laporan klaim pengangguran mingguan Departemen Tenaga Kerja AS. Menurut data tersebut, angka pekan lalu secara tak terduga mencapai level terendah sejak bulan Februari, hanya mencatat 216.000 klaim. Para ekonom telah memprediksi jumlah klaim pengangguran awal akan mengalami kenaikan menjadi 234.000.
Laporan terpisah mengungkapkan bahwa produktivitas pekerja Amerika pada kuartal kedua tidak sebesar yang awalnya dilaporkan, tetapi tetap stabil. Setiap tahunnya, metrik yang diukur dari output per jam per pekerja mengalami kenaikan sebesar 3,5% dari bulan April hingga Juni, dibandingkan dengan perkiraan awal sebesar 3,7%. Ini merupakan nilai tertinggi sejak kuartal ketiga tahun 2020.
Jelas, data terbaru menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat, meskipun terdapat kebijakan agresif Federal Reserve yang berkelanjutan. Hal ini memunculkan keraguan tentang akhir dari siklus kenaikan suku bunga di AS dan mendukung penguatan dolar di seluruh dunia.
Kamis lalu, dolar menguat sebesar 0,19% terhadap sekeranjang mata uang utama, mencapai level 105,05. Terhadap pesaing utamanya, euro, USD mengalami kenaikan hampir 0,3%, menguji level tertinggi dalam 3 bulan pada level 1,0686 selama sesi tersebut.
EUR menerima pukulan lain
Penurunan terbaru dalam EUR utamanya terkait dengan data makroekonomi pesimis dari Uni Eropa. Laporan produksi industri Jerman yang mengejutkan dirilis kemarin, menyoroti retakan yang signifikan dalam ekonomi Eropa.
Menurut data tersebut, produksi industri Jerman mengalami penurunan sebesar 0,8% pada bulan Juli. Angka tersebut adalah kali lipat dari perkiraan ekonom.
"Saat ini bahwa kita memiliki rangkaian data makro lengkap untuk Juli, stagnasi di industri dan ekonomi sepertinya menjadi norma baru untuk Jerman, ekonomi terbesar di UE. Ini menunjukkan bahwa risiko resesi di zona euro kembali sangat tinggi," komentar analis George Vessi.
Banyak ahli yang meyakini bahwa kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dapat memengaruhi keputusan suku bunga ECB pekan depan atau strategi kebijakan moneter berikutnya.
Perlambatan ekonomi zona euro tampaknya cukup dramatis. "Hal ini mungkin akan mendorong ECB untuk menahan diri dari menaikkan suku bunga pada bulan September, yang dapat menyebabkan pelemahan euro yang lebih lanjut," ujar ahli strategi mata uang dari CIBC Capital Markets, Jeremy Stretch.
Menurut prakiraan ahli tersebut, inersia ECB di tengah data ekonomi yang lemah dapat mengakibatkan pasangan EUR/USD turun ke level 1,0635 terakhir yang terdaftar pada 31 Mei.
Namun, sebagian besar analis, termasuk ekonom dari ING Bank, masih memperkirakan bahwa ECB akan meningkatkan suku bunga pada bulan September. Namun, apakah euro akan mendapatkan manfaat dari langkah ini? Kali ini, hal itu sangat tidak mungkin.
Mengingat tren negatif dalam ekonomi Eropa, ECB tidak lagi dapat berpura-pura bahwa segalanya normal. Jika regulator mulai berbicara tentang resesi, pasar kemungkinan besar akan menginterpretasikannya sebagai sinyal dovish.
Dalam skenario seperti itu, euro tidak akan mendapatkan manfaat dari putaran lebih lanjut dari pengetatan kebijakan, terutama karena faktor-faktor fundamental yang makin mendukung penguatan lawannya yang utama - dolar.
Faktor-faktor yang mendorong USD
Mulai Senin, mata uang Amerika mengalami apresiasi terhadap pesaing-pesaing utamanya sebesar 0,7%. Saat ini, indeks dolar AS berpotensi mencatatkan pekan kemenangan kedelapannya berturut-turut, menjadikannya rangkaian kemenangan terpanjang untuk dolar AS dalam sembilan tahun terakhir.
Reli USD saat ini didorong oleh data ekonomi yang kuat. Statistik yang dirilis pekan ini menunjukkan bahwa sektor jasa AS secara tak terduga mengalami peningkatan pada bulan Agustus, yang secara signifikan memperkuat ekspektasi pasar yang cenderung hawkish terkait dengan kebijakan masa depan Federal Reserve.
Saat ini, sebagian besar peserta pasar masih mengharapkan regulator Amerika untuk menghentikan kenaikan suku bunganya dalam pertemuan pada bulan September. Namun, dalam beberapa hari terakhir, kemungkinan adanya putaran tambahan perketatannya di AS tahun ini telah meningkat menjadi hampir 50% dari 40% satu pekan sebelumnya.
Selain itu, banyak investor yang telah menurunkan prakiraan mereka mengenai pelonggaran kuantitatif (QT) yang akan segera terjadi di AS. Pasar kini percaya bahwa ekonomi yang stabil akan memungkinkan Federal Reserve untuk menjaga suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Lebih lanjut, dolar terus mendapatkan manfaat sebagai mata uang safe-haven. Angka pertumbuhan ekonomi AS saat ini masih jauh lebih kuat dibandingkan dengan ekonomi dunia lainnya.
Pekan ini, menjadi sangat jelas bahwa baik Eropa maupun China secara perlahan tapi pasti menuju resesi, yang memicu lonjakan permintaan terhadap dolar AS yang berfungsi sebagai lindung nilai.
Para analis memprediksi bahwa seiring dengan eskalasi ketakutan akan perlambatan ekonomi global, dolar akan terus menguat terhadap euro dan aset-aset risiko lainnya.
Beberapa ahli juga percaya bahwa lonjakan harga minyak belakangan ini dapat memberikan support tambahan pada dolar yang sedang mengalami kenaikan di tengah jangka waktu menengah.