"Posisi utama kami adalah bahwa kami harus dengan sabar mempertahankan pelonggaran kebijakan moneter," kata Gubernur Bank of Japan Katsuo Ueda pada hari Senin lalu, dan menambahkan bahwa "pencapaian inflasi 2% yang stabil dan berkelanjutan belum terlihat."
Menteri Ekonomi yang baru saja ditunjuk, Yoshitaka Shindo, menggemakan sentimen ini, dengan menyatakan bahwa yen yang lemah memiliki berbagai dampak terhadap perekonomian, seperti meningkatkan biaya impor bagi konsumen dan meningkatkan daya saing eksportir.
Perlu ditambahkan bahwa yen yang lemah sangat penting bagi ekonomi Jepang yang berorientasi ekspor, yang memungkinkan peningkatan daya saing barang-barang Jepang di pasar internasional.
Pada saat yang sama, pemerintah Jepang secara ketat memantau "pergerakan mata uang dengan rasa urgensi dan kesegeraan," seperti yang dinyatakan oleh Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki pada hari Selasa, tidak mengesampingkan "tindakan apa pun sebagai respons terhadap pergerakan mata uang yang tidak teratur."
Dari semua pernyataan ini dan pernyataan-pernyataan lain yang dibuat oleh perwakilan pemerintah dan Bank of Japan baru-baru ini, para pelaku pasar telah menyimpulkan bahwa Bank of Japan akan melanjutkan kebijakan moneter ultra-longgarnya dalam waktu dekat. Paling tidak, para pembeli yen dapat mengharapkan intervensi mata uang oleh Bank of Japan (pembelian yen).
Namun, biasanya, efek dari tindakan tersebut tidak bertahan lama, hanya untuk sementara waktu mengurangi ketegangan di pasar mata uang dan memberikan peluang baru bagi para penjual yen.
Hingga Bank of Japan dengan jelas memberi sinyal perubahan arah kebijakannya dalam waktu dekat, yen akan tetap berada di bawah tekanan jual.
Dengan kata lain, hampir semua pasangan mata uang yang melibatkan yen Jepang, terutama USD/JPY, mengingat kebijakan moneter ketat Federal Reserve, disarankan untuk mempertahankan posisi long. Pertanyaannya di sini sebagian besar bermuara pada antisipasi-pada tingkat apa yang harus diharapkan dari intervensi Bank of Japan di pasar mata uang dengan pembelian yen.
Pasangan USD/JPY terus naik. Sementara para pelaku pasar sebelumnya menganggap level 145.00 sebagai level "protektif" di mana Bank of Japan akan melakukan intervensi di pasar mata uang, USD/JPY saat ini diperdagangkan mendekati level 149.00, setelah mencapai level tertinggi 149.18 di awal sesi perdagangan Eropa. Saat ini, asumsi baru para investor adalah bahwa Bank of Japan akan "mempertahankan" level 150.00. Kita sekarang hanya perlu mengamati peristiwa yang sedang berlangsung, mengelola risiko, dan terus mengikuti perkembangan berita.
Saat ini, posisi long tetap menjadi pilihan. Tidak dikecualikan bahwa level 150.00 juga akan dengan mudah dilampaui. Perlu dicatat bahwa pada bulan Oktober tahun lalu, USD/JPY hampir mencapai rekor level multi-tahun di 152.00.
Hari ini (pukul 23:50 GMT), notulen rapat Bank of Japan untuk bulan September akan dipublikasikan. Seperti yang kita ingat, rapat tersebut diakhiri dengan pengakuan akan perlunya melanjutkan kebijakan kredit dan moneter Bank of Japan saat ini. Seperti yang dikatakan oleh mantan gubernur sebelumnya, Haruhiko Kuroda, yang berulang kali menyatakan sebelumnya, "sudah sepantasnya bagi Jepang untuk dengan sabar melanjutkan kebijakan moneter yang akomodatif saat ini." Kepala Bank of Japan saat ini, Kazuo Ueda, mempertahankan retorika yang sama dalam pernyataannya.
Namun, jika notulen yang dipublikasikan berisi informasi yang tidak terduga atau tambahan mengenai masalah kebijakan moneter Bank of Japan, volatilitas dalam kuotasi JPY akan meningkat.
Perlu juga diperhatikan publikasi pada hari Kamis antara pukul 23:30-23:50 (GMT) dari blok statistik ekonomi makro yang signifikan dari Jepang, yang juga dapat berdampak besar pada dinamika yen.
Namun, yen mungkin sekali lagi menjadi sangat dicari oleh para investor jika terjadi eskalasi tajam situasi geopolitik di dunia atau peningkatan ketidakpastian ekonomi. Yen, seperti yang diketahui, adalah aset safe haven yang populer.
