Minggu lalu, emas mempertahankan kesuksesannya, didorong oleh konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah. Meskipun imbal hasil obligasi yang tinggi terus menjadi kendala bagi logam mulia ini, harga terus meningkat menjelang akhir pekan. Spot emas kembali diperdagangkan di atas $2.000 per ounce.
Menurut survei emas mingguan terbaru, para investor ritel tetap optimis terhadap logam mulia. Mayoritas analis pasar juga optimis, tetapi mayoritas analis memperkirakan akan terbentuk pullback atau konsolidasi.
Colin Cieszynski, Kepala Strategi Pasar di SIA Wealth Management, bersikap netral, dengan alasan bahwa The Fed akan melanjutkan sikap hawkishnya. Meskipun indikator-indikator inflasi saat ini sudah cukup baik, dan tidak ada kebutuhan mendesak untuk kembali menaikkan suku bunga, tetapi penurunan tersebut belum cukup pesat sehingga The Fed memutuskan untuk mengakhiri sikap hawkishnya. Ia menambahkan bahwa di sisi lain, terdapat ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi di Timur Tengah di masa depan.
Michael Moor, pencipta Moor Analytics, berpendapat meskipun terbentuk pullback moderat, gambaran teknikal secara keseluruhan tetap optimis.
Kali ini, sebelas analis Wall Street ikut serta dalam survei emas. Enam dari mereka, atau 54%, memperkirakan harga akan naik. Tiga analis, atau 27%, memperkirakan harga turun, sementara dua analis, atau 18%, bersikap netral.
Dalam jajak pendapat online, diperoleh 602 suara. Dari jumlah tersebut, 395 investor ritel, atau 66%, memperkirakan emas akan naik. Sebanyak 126 orang, atau 21%, meyakini harga akan turun, dan 81 responden, atau 13%, bersikap netral.
Pada hari Rabu, keputusan Federal Reserve atas suku bunga akan menjadi peristiwa ekonomi utama minggu ini. Ada probabilitas sebesar 94,2% bahwa level suku bunga akan kembali dipertahankan, sesuai dengan perkiraan pasar. Hari Jumat akan ada rilis laporan ketenagakerjaan nonpertanian bulan Oktober, yang juga harus diawasi dengan ketat.