Serangan AS dan Inggris terhadap Yaman membantu emas naik dari posisi terendah bulan ini di $2.013 per ounce menjadi hampir $2.060. Dalam waktu dekat, ancaman meluasnya perang di Timur Tengah mungkin melebihi peran dolar dan suku bunga.
Survei emas mingguan terkini menunjukkan kelanjutan dari sentimen minggu lalu: separuh investor ritel memperkirakan kenaikan logam mulia minggu ini, dan lebih dari dua pertiga analis pasar mengambil posisi bullish.
Sebagian besar analis percaya bahwa alasan utama kenaikan harga emas di masa depan adalah geopolitik di wilayah timur. Diantaranya adalah Bob Haberkorn, Broker Komoditas Senior di RJO Futures; Marc Chandler, Direktur Pelaksana di Bannockburn Global Forex; Darin Newsom, Analis Pasar Senior di Barchart.com; Mark Leibovit, penerbit VR Metals/Resource Letter; Colin Cieszynski, kepala strategi pasar di SIA Wealth Management, dan lainnya.
Adrian Day, Presiden Adrian Day Asset Management, meyakini bahwa dalam waktu dekat harga logam kuning akan naik semaksimal mungkin.
Colin Cieszynski percaya bahwa emas masih sangat sensitif terhadap ekspektasi tindakan Federal Reserve terkait suku bunga—dengan kata lain, sensitif terhadap dolar. Meskipun indikator indeks harga konsumen ternyata lebih rendah dari perkiraan, hal tersebut tidak mengimbangi laporan indeks harga konsumen yang lebih tajam. Kenyataannya adalah indeks harga produsen lebih fluktuatif. Namun, bank sentral tidak pernah membicarakan indeks harga produsen. Indeks harga konsumen inti dan pertumbuhan upah jauh lebih penting bagi bank sentral dibandingkan indeks harga produsen.
Sementara itu, Cieszynski mencatat kenaikan harga minyak yang signifikan setelah serangan udara AS dan Inggris terhadap pemberontak Houthi di Yaman, sementara pergerakan emas jauh lebih lambat namun stabil. "Emas tidak mudah berubah seperti minyak mentah, dan ada lebih banyak faktor yang mendorong emas," jelasnya. Ini bukan hanya cerita tentang harga komoditas dan inflasi. Ada cerita defensif baik secara politik maupun sistem keuangan. Semua menghasilkan dolar AS.
Satu-satunya suara yang berbeda pendapat mengenai kenaikan emas minggu ini adalah James Stanley, ahli strategi pasar senior di Forex.com, yang memperkirakan penurunan harga.
Sepuluh analis Wall Street berpartisipasi dalam survei tersebut. Mereka bahkan lebih optimis dibandingkan minggu lalu. Tujuh dari mereka, atau 70%, percaya bahwa harga akan naik, dan hanya satu analis, yang mewakili 10%, memperkirakan penurunan harga. Dua analis sisanya, atau 20%, bersikap netral.
Dalam jajak pendapat online, 121 suara diberikan. Pelaku pasar terus berhati-hati. Sebanyak 59 investor ritel, yang merupakan 49%, memperkirakan harga emas akan naik. Sebanyak 39 lainnya, atau 32%, menunggu penurunan harga. Lalu, 23 investor, atau 19%, bersikap netral.