Kemarin, pasar keuangan AS tutup. Indeks saham AS menutup perdagangan elektronik dengan hasil beragam: S&P 500 turun tipis 0,03%, Nasdaq 100 naik 0,13%, sementara Dow Jones Industrial Average melemah 0,10%.
Indeks saham Eropa mengalami kenaikan, dolar AS melemah, dan harga minyak turun setelah Gedung Putih membantah rumor bahwa AS hampir bergabung dengan Israel untuk melancarkan serangan terhadap Iran.
Indeks Stoxx Europe 600 naik 0,4%, meski tetap berada di jalur penurunan mingguan pertama sejak awal April. Saham sektor perjalanan dan rekreasi memimpin penguatan, sementara saham energi melemah. Kontrak berjangka S&P 500 bergerak naik setelah penurunan 0,9% pada hari Kamis, ketika pasar AS tutup karena libur Hari Kemerdekaan tanggal 16 Juni. Harga Brent turun 2,6%, memangkas kenaikan yang terjadi di awal pekan. Imbal hasil obligasi pemerintah AS relatif stabil, sementara indeks dolar melemah untuk hari kedua berturut-turut.
Ketegangan meningkat setelah muncul laporan bahwa pejabat tinggi AS sedang bersiap menghadapi kemungkinan serangan terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang. Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa Presiden Donald Trump baru akan mengambil keputusan dalam dua minggu dan bahwa opsi diplomatik masih sangat mungkin. Sementara itu, Israel melancarkan serangan tambahan terhadap situs nuklir Iran pada Kamis dan memperingatkan bahwa tindakannya dapat mengguncang kepemimpinan Teheran — kedua pihak kini menunggu keputusan dari Presiden AS.
Memanasnya ketegangan di Timur Tengah menjadi perhatian utama pasar saham global. Dalam situasi yang sangat tidak pasti ini, pelaku pasar mempertimbangkan berbagai kemungkinan skenario dengan penuh kehati-hatian. Risiko konflik berskala besar di kawasan tersebut dapat berdampak buruk terhadap ekonomi global. Meski demikian, masih ada harapan akan solusi diplomatik yang mampu meredakan ketegangan dan mengembalikan stabilitas ke pasar. Keputusan yang akan diambil Presiden Trump dalam waktu dekat akan sangat menentukan arah krisis ini. Sampai ada kejelasan, volatilitas pasar diperkirakan tetap tinggi, dan pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada.
Menurut Capital Economics Ltd, dalam skenario ekstrem di mana AS terlibat lebih dalam dalam konflik Israel-Iran, harga minyak bisa melonjak hingga $130–$150 per barel, terutama jika Iran merespons secara agresif. Perkembangan seperti ini dapat menghentikan langkah pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut dari bank sentral. Baru-baru ini, Federal Reserve memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan memperkirakan inflasi yang lebih tinggi.
Serangan udara yang terjadi memang meningkatkan risiko terhadap stabilitas energi global, namun untuk saat ini potensi lonjakan besar harga minyak masih terbatas. "Pasar biasanya mengabaikan risiko geopolitik sampai terjadi ledakan — dan sejauh ini, belum ada tanda-tanda pasar memperhitungkan skenario terburuk," ujar analis.
Di Jepang, laju inflasi inti konsumen naik ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir, bersamaan dengan persiapan Perdana Menteri Shigeru Ishiba menghadapi pemilu musim panas dan evaluasi Bank of Japan atas arah inflasi domestik.
Tinjauan Teknikal S&P 500
Target utama pembeli hari ini adalah menembus resistance terdekat di 5.975. Jika level ini berhasil ditembus, kenaikan lanjutan menuju 5.986 bisa terjadi. Sama pentingnya adalah mempertahankan level 6.013, yang akan memperkuat dominasi tren naik. Sebaliknya, jika minat risiko melemah, pembeli harus mempertahankan area 5.962. Penurunan di bawah level ini dapat mendorong indeks turun kembali ke 5.946 dan berpotensi membuka jalan ke 5.933.