Apakah ada alasan untuk panik ketika korporasi sekuat banteng, ekonomi AS sedang berkembang, dan Federal Reserve berencana untuk terus menurunkan suku bunga? Laporan pendapatan positif dari Intel dan perusahaan lainnya bertindak sebagai katalis untuk pemulihan cepat S&P 500 dari titik terendah lokalnya. Para investor melakukan apa yang sudah lama ingin mereka lakukan, yaitu membeli saat harga turun. Apakah rekor tertinggi baru sudah di depan mata?
Menurut data LSEG, dari 130 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan hasil kuartal ketiga, 86% telah melampaui ekspektasi laba. Angka ini tidak hanya mencerminkan kesehatan mereka yang kuat, tetapi juga ekonomi AS yang kokoh. Selain itu, tanda-tanda kemajuan memberikan kekuatan kepada pembeli saham.
Dinamika Indeks Saham AS
Penjualan rumah baru meningkat dengan laju tercepat dalam tujuh bulan terakhir. Aktivitas manufaktur di wilayah tengah AS terus berkembang selama empat bulan berturut-turut setelah tiga tahun mengalami kontraksi. Pengeluaran konsumen melalui kartu kredit di enam bank terbesar meningkat sebesar 7,5% pada Juli–September, jauh melampaui inflasi.
Goldman Sachs mencatat bahwa kondisi keuangan saat ini adalah yang paling menguntungkan bagi perekonomian sejak musim semi 2022, dan indikator utama dari Atlanta Fed memproyeksikan pertumbuhan PDB AS meningkat menjadi 3,9% pada kuartal ketiga.
Jika kita menambahkan niat jelas dari The Fed untuk menurunkan suku bunga, menjadi lebih mudah untuk percaya pada tren naik yang akan segera pulih untuk S&P 500. Memang, pasar berjangka memperkirakan kemungkinan 99% pelonggaran moneter pada bulan Oktober dan 92% pada bulan Desember.
Para investor percaya bahwa bahkan percepatan harga konsumen AS pada bulan September tidak akan menghalangi The Fed dari jalur pelonggaran kebijakan moneternya. Misalnya, JP Morgan menilai probabilitas 65% bahwa S&P 500 akan naik setelah rilis data inflasi.
Prediksi Reaksi S&P 500 terhadap Data Inflasi
Akan salah jika mengatakan bahwa semua awan badai di atas S&P 500 telah hilang. Amerika Serikat dan Tiongkok terus meningkatkan ketegangan selama negosiasi perdagangan. Washington telah memulai penyelidikan terhadap kepatuhan Tiongkok terhadap komitmen pembelian produk pertanian dari perang dagang pertama. Saat itu, Beijing menolak untuk memenuhinya, dengan alasan dampak negatif dari pandemi.
Donald Trump menuntut agar Tiongkok melonggarkan kontrol ekspor pada mineral tanah jarang, meningkatkan impor kedelai AS, dan memblokir pengiriman fentanil ke AS. Sebagai imbalannya, ia berjanji untuk memperpanjang tarif yang relatif rendah. Namun, Tiongkok tetap mempertahankan kartu trufnya. Melepaskannya berarti kekalahan.
Posisi kedua belah pihak sangat berjauhan, menunjukkan negosiasi yang sulit di depan. Pasar tampaknya meremehkan risiko perang dagang, dan kenaikan tajam inflasi dapat memicu gelombang penjualan lain dalam indeks saham yang luas.
Secara teknikal, pada grafik harian S&P 500, sedang terjadi pertempuran untuk nilai wajar di 6.745. Kemenangan bagi bull akan membuka jalan menuju target jangka panjang sebelumnya di 6.800 dan 6.920. Sebaliknya, kekalahan akan membenarkan penjualan menuju 6.650 dan 6.585.
