Malangnya Jerman! Negara ini kembali diperingatkan akan menghadapi masalah ekonomi akibat ketegangan dagangnya dengan Amerika Serikat.
Menurut Joachim Nagel, presiden Bundesbank, Jerman sangat rentan terhadap kebijakan tarif perdagangan AS. Ia meyakini bahwa tarif ini akan berdampak negatif dalam jangka panjang, menekan pertumbuhan ekonomi selama bertahun-tahun. Padahal, ekonomi Jerman sudah mengalami penurunan selama dua tahun berturut-turut. "Output ekonomi pada 2027 diperkirakan hampir 1,5 poin persentase lebih rendah daripada prediksi sebelumnya," Nagel menekankan.
Saat ini, Jerman, sebagai ekonomi terbesar di Eropa, sedang terjebak dalam resesi industri berkepanjangan. Produk-produk Jerman semakin tersingkir dari pasar karena industri manufaktur Tiongkok yang disubsidi oleh pemerintahnya. Selain itu, harga energi yang melambung tinggi makin menggerus daya saing industri Jerman, memperburuk kondisi yang sudah sulit.
Dalam situasi ini, pesimisme presiden Bundesbank dapat dimaklumi. "Ketergantungan besar kami pada ekspor membuat kami sangat rentan," tegas Nagel. Ia menambahkan bahwa proyeksi Bundesbank menunjukkan Jerman akan mengalami pukulan berat jika Trump menerapkan tarif perdagangan baru. Namun, AS juga tidak akan luput dari dampaknya. Menurut Nagel, kebijakan tarif ini bisa menjadi bumerang bagi Amerika Serikat, menghapus potensi keuntungan yang seharusnya diperoleh dari pembatasan perdagangan.
Berdasarkan prediksi Bundesbank, ekonomi Jerman hanya akan tumbuh 0,2% pada 2025 dan 0,8% pada 2026. Para pakar mengaitkan angka yang lemah ini dengan tarif impor AS. Akibatnya, dengan proyeksi output ekonomi yang sudah 1,5% lebih rendah daripada ekspektasi, ekonomi Jerman berisiko mengalami kontraksi yang signifikan dalam tiga tahun ke depan.