Goldman Sachs telah merevisi naik proyeksinya untuk indeks S&P 500. Bank investasi tersebut kini memperkirakan indeks ini akan menutup tahun di level 6.800, menembus 7.000 dalam enam bulan ke depan, dan mencapai 7.200 sepanjang tahun berikutnya. Tampaknya, volatilitas, ancaman resesi, dan berita utama yang mengkhawatirkan belum cukup untuk menggoyahkan keyakinan Goldman terhadap kekuatan pendapatan perusahaan.
Proyeksi ini menyiratkan potensi imbal hasil bagi investor masing-masing sebesar 2%, 5%, dan 8%—tidak terlalu tinggi, tetapi cukup solid, mengingat pasar AS yang sudah mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah.
Laba tersebut tetap menjadi pengendali utama dari prospek ini. Goldman Sachs memperkirakan laba per saham perusahaan akan tumbuh dengan kuat: naik 7% pada 2025 dan dengan angka serupa di 2026. Menurut estimasi Goldman Sachs, pertumbuhan laba telah menjelaskan 55% dari kenaikan indeks, sementara perluasan beberapa bagian menyumbang 37%, dan dividen menyumbang 8% lainnya, bagian yang sederhana tetapi dapat diandalkan.
Tim strategis yang dipimpin oleh David Kostin dalam riset terbaru mereka menyebutkan bahwa, dengan imbal hasil yang relatif stabil, laba korporasi diproyeksi tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar saham. Yield yang stabil berarti cash siap masuk ke asset equities—itulah dasar pemikiran mereka.
Revisi proyeksi ini bertepatan dengan pemangkasan suku bunga The Fed yang pertama sejak 2024. Regulator menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Goldman Sachs memperkirakan akan ada dua kali lagi rate cut tahun ini dan dua kali lagi pada 2026, sehingga suku bunga bisa turun ke kisaran 3–3,25%.
Tentu saja, hal ini menjadi katalis positif untuk valuasi pasar, khususnya sektor teknologi dan siklus. Namun, Goldman Sachs tetap berhati-hati: Menurut pandangan mereka, kelipatan saat ini mendekati nilai wajar, dan mengharapkan pemeringkatan ulang yang dramatis tanpa pelunakan ekonomi adalah tidak realistis.
Sementara itu, posisi para investor tetap "ringan," sebagaimana dinyatakan oleh bank tersebut. Indikator sentimen Goldman Sachs berada di sekitar -0,3, yang menunjukkan kurangnya antusiasme, bukan euforia. Ini justru bisa menjadi keuntungan. Dengan asumsi kondisi makro ekonomi tetap stabil, pasar akan memiliki ruang untuk tumbuh lebih jauh tanpa ekspektasi yang terlalu tinggi.
Goldman Sachs menunjukkan bahwa sejarah juga mendukung pertumbuhan lebih lanjut. Dalam siklus pemangkasan suku bunga sebelumnya, S&P 500 menghasilkan imbal hasil median 6 dan 12 bulan masing-masing sebesar 8% dan 15%. Secara historis, sektor TI dan barang konsumsi pokok menjadi sektor yang paling menonjol setelah pemangkasan suku bunga. Selain itu, saham-saham dengan pertumbuhan yang kuat dan volatilitas tinggi juga berkinerja baik.
Sebaliknya, instrumen yang sensitif terhadap suku bunga (seperti fixed income) dinilai mulai kehilangan daya tarik. Goldman Sachs lebih suka bertaruh pada perusahaan dengan tingkat utang mengambang yang tinggi, karena mereka paling diuntungkan saat biaya pinjaman menurun.