Sebelumnya, Turki siap memenuhi persyaratan apapun yang diberikan oleh Uni Eropa untuk mendapatkan kebebasan visa; namun kini negara tersebut menetapkan syarat-syaratnya sendiri. Otoritas Turki berusaha untuk mendapatkan perjalanan ke negara-negara UE tanpa visa, berjanji untuk melakukan tanggung jawab apapun untuk menjamin keputusan positif terkait isu tersebut. Namun, situasi telah berubah sepenuhnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak mengubah undang-undang negara tersebut terkait terorisme, yang dituntut oleh Komisi Eropa. Selain itu, kepala negara Turki itu mengancam membiarkan seluruh pengungsi yang mereka terima untuk lewat menuju Eropa. Situasi tampaknya akan lepas kendali. UE dan Turki memiliki tanggung jawab masing-masing namun mengundurkan kewajiban mereka.
Sulit dikatakan siapa yang akan menyerah pertama. Komisi Eropa masih mengharapkan Turki melakukan seluruh tanggung jawab yang telah disepakatinya untuk mendapatkan perjalanan bebas visa, kata Komisioner UE untuk Migrasi, Urusan Dalam Negeri dan Kewarganegaraan, Dimitris Avramopoulos. Sang politisi mengatakan ia merasa 'optimis' Ankara akan "memberikan dorongan terakhir" untuk reformasi yang diperlukan pada akhir Juni. Presiden Turki juga merasa optimis, yakin bahwa intimidasi akan membantu mereka menghindari amandemen undang-undang anti-teror. Turki tertangkap tangan mendukung terorisme beberapa kali, termasuk pengiriman senjata dan pembelian benda-benda seni curian. Selain itu, otoritas negara tersebut memberikan suaka politik kepada beberapa teroris.
