Rusia merencanakan untuk mengurangi ekspor minyak mentah ke Belarusia, eks-negara Soviet yang kini menjadi mitra ekonominya. Keputusan tersebut diambil setelah Belarusia gagal menyelesaikan hutang untuk pasokan gas alam. Kementerian energi Rusia bersikeras negara tetangganya itu berhutang pada Gazprom yang dimiliki pemerintah Rusia sebesar $125 juta untuk pasokan mulai Januari hingga April 2016.
"Mitra kami dari Belarusia tidak membayar penuh untuk gas yang mereka terima. Karena hal ini, kami mengalami kerugian, termasuk untuk anggaran... Tentu saja Gazprom, pembayar pajak yang besar, terpaksa mencari opsi-opsi lain untuk penggantinya," kata Menteri Energi Rusia, Aleksander Novak seperti dikutip agensi berita Interfax. "Jadwal asli pengeksporan minyak ke Belarusia harus direvisi. Suplai minyak akan dikurangi secara bertahap, hari demi hari, sesuai dengan volume utang", menurut pejabat tersebut.
Namun, Belarusia memiliki versinya sendiri mengenai perselisihan ini. Presiden Belarusia Lukashenko, yang sebelumnya dianggap sebagai sekutu yang setia pada Moskow, mengatakan Belarusia harus membayar lebih sedikit untuk minyak dan gas jika kedua negara serius untuk meningkatkan kerjasama ekonomi. Tn. Lukashenko berpendapat bahwa Belarusia membeli gas dari Rusia dengan harga yang dilebihkan hingga $132, menawar $80 per 1.000 meter kubik. Itu artinya hutang tersebut tidak pernah ada. Kremlin menganggap harga tersebut adil. Presiden Belarusia menyinggung Moskow dengan meninggalkan kesetiaannya yang tergantung pada Rusia untuk dapat menjadi lebih dekat dengan Uni Eropa.