Menurut data yang dirilis oleh Bursa Efek Moskow, nilai tukar euro dan dolar terhadap rubel telah mencapai titik terendah sejak musim panas 2015. Pada 10 Februari, nilai kurs dolar menurun ke 58.52 dan nilai euro terhadap rubel mencapai 62.65 pada pukul 16:00 UTC+3.
Sedangkan kurs ruble menguat ditengah naiknya harga minyak. Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan dengan harga $56.69 per barel.
Harga minyak naik lebih dari satu dolar ditengah data yang dirilis oleh International Energy Agency (IEA). Data tersebut melaporkan mengenai pemenuhan kesepakatan global tentang pengurangan produksi minyak.
Menurut kesepakatan, kartel minyak OPEC telah memangkas produksi minyak sebesar satu juta barel per harinya.
Pada 9 Februari, Presiden Bank Sentral Rsuai Elvira Nabiullina mengungkapkan bahwa pemerintahan Rusia akan melanjutkan kebijakan free float pada rubel. Sementara itu, ia menolak untuk mempertimbangkan intervensi mata uang yang dimulai dua hari sebelumnya, sebagai upaya untuk mempengaruhi harga rubel.
Menteri Keuangan Rusia dan Bank Sentral Rusia akan membeli mata uang negara lain dalam pasarinternal sebesar 113.1 juta rubel hinggal 7 Maret.
Volume intervensi tersebut tergantung pada pendapatan dari penjualan minyak. Tujuan utama dari pembelian dan penjualan mata uang asing adalah untuk mengurangi ketergantungan rubel pada volatilitas harga minyak dan membuat ekonomi Rusia lebih stabil.
