Sejak pertengahan tahun 2020, para ahli mulai membuat prediksi tentang berakhirnya hegemoni dolar AS. Banyak negara kini mencoba membuang mata uang AS sebagai alat pembayaran utama dengan negara asing. Namun, Rusia adalah salah satu negara pertama yang mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kekuatan dolar AS. Negara ini telah mengembangkan strategi de-dolarisasi selama beberapa tahun.
Kecenderungan pemerintah AS untuk kebijakan proteksionisme akhirnya bisa menjadi bumerang. Inilah sebabnya mengapa taktik tradisional AS untuk mempertahankan hak dan kebebasannya, menggunakan sanksi terhadap negara-negara yang melanggar perjanjian internasional, dapat segera menimbulkan konsekuensi yang serius. Sanksi terhadap Rusia cukup berbahaya bagi dominasi greenback. Menurut para ahli, mereka telah mengguncang posisi dolar AS sebagai mata uang utama dunia.
Fakta-fakta ini dikonfirmasi oleh laporan terbaru dari US Congressional Research Service, yang mengungkap dampak negatif dari sanksi AS terhadap dolar AS. Negara-negara yang terkena berbagai pembatasan secara bertahap meninggalkan dolar AS, melakukan pembayaran dalam mata uang dunia lainnya. Jika Iran, Rusia, dan Venezuela tidak menimbulkan banyak kekhawatiran, ekonomi besar seperti UE dan China dapat secara serius merusak prestise mata uang AS. Penurunan bagian dolar AS dalam penyelesaian bersama dapat menyebabkan pelemahan yang serius di pasar dunia.
