Para pejabat Federal Reserve AS percaya bahwa banyak perusahaan nasional yang dapat bangkrut dalam waktu dekat. Meski ekonomi di negara ini pulih, suku bunga yang rendah dan faktor-faktor lainnya memberikan ancaman besar bagi sebagian besar perusahaan.
Bahkan jika prospek ekonomi meningkat, risiko bahwa AS dapat menghadapi gelombang baru kegagalan bisnis masih tinggi. Menurut laporan kebijakan moneter Fed, pinjaman sektor bisnis "sekarang berada di dekat level tertinggi bersejarah". Namun, "risiko insolvensi di perusahaan berskala kecil dan menengah, serta di sebagian perusahaan besar, tetap besar," Fed menekankan.
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menduga akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pasar buruh dan ekonomi nasional AS kembali ke level sebelum virus corona. Khususnya, pada Februari 2020, tingkat pengangguran AS sebesar 3,5%. Pada Januari 2021, angkanya turun ke 6,3%.
Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa ekonomi negara telah menyusut 3,5% tahun lalu, ini menandai kontraksi tertajam sejak Perang Dunia II. Ekonomi terbesar dunia merosot pada skala tahunan untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan 2008, ketika itu PDB jatuh hingga 2,5%. Pada waktu yang sama, ekonomi AS tumbuh 4% pada kuartal terakhir 2020.
Analis yakin bahwa dalam situasi saat ini, paket stimulus baru senilai $1,9 triliun yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden akan memberikan dukungan besar bagi ekonomi Amerika.
