Pelemahan dolar AS memastikan kekuatan ekonomi global, kepala strategi mata uang di Saxo Bank, John Hardy, telah mencapai kesimpulan ini. Mempertimbangkan prospek ekonomi global, pakar tersebut menunjukkan bahwa dunia tidak membutuhkan dolar yang kuat karena akan menghentikan pemulihan ekonomi di seluruh dunia pasca krisis yang disebabkan pandemi.
Kemungkinan besar, program stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dilaksanakan di AS, tidak hanya akan meningkatkan, namun juga memanaskan ekonomi nasional dalam beberapa bulan mendatang. Pada gilirannya, hal ini pasti akan meningkatkan yield obligasi AS yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Akibatnya, masalah dolar AS yangovervalue akan muncul kembali, jelas John Hardy.
“Memasuki kuartal 4 dan 2022, kecuali jika saver AS memutuskan untuk secara drastis meningkatkan suku bunga tabungan mereka yang sudah tinggi dan/atau minat beli asing baru terhadap obligasi pemerintah AS, kesenjangan penerbitan harus ditutup atau akan menggeser investasi di tempat lain dan menyebabkan suku bunga riil yang sangat tinggi," kata Hardy. Ia menyatakan bahwa pelemahan dolar AS menjadi kondisi penting untuk menguatkan harga aset global dan pertumbuhan ekonomi yang nyata.
Singkatnya, para ahli yakin bahwa penguatan mata uang AS "terlalu beracun" bagi perekonomian global. Pertanyaannya adalah apakah Departemen Keuangan AS dan Federal Reserve akan mengontrol kurva yield yang semakin curam dan tindakan apa yang akan mereka ambil. Pada kuartal pertama 2021, greenback menerima dorongan dari lonjakan yield Treasury AS. Masalahnya adalah bahwa greenback memenangkan dukungan investor sebagai aset safe-haven saat gejolak ekonomi. Dengan demikian, di tengah tingginya permintaan terhadap dolar AS, otoritas moneter AS akan sulit menekannya dalam waktu lama.
