Direktur Pelaksana International Monetary Fund, Kristalina Georgieva, belum lama ini memperingatkan beberapa kawasan dan negara atas pengambilan pinjaman. Meskipun ekonomi dunia saat ini lebih kokoh, utang global mungkin mencapai level yang belum pernah tersentuh sebelumnya.
Krisis belum berlalu. Selain itu, perkembangan di berbagai negara sangat beragam. Oleh karena itu, dunia telah mencapai titik balik yang genting. Dalam ketidakpastian, sangat tidak bijaksana untuk menambah beban utang. Banyak negara mengambil pinjaman besar akibat krisis virus corona, yang mendorong utang global ke level tertinggi selama 50 tahun terakhir. Tercatat, lonjakan utang saat ini bukan yang pertama dalam catatan. Total, ada empat gelombang kuat akumulasi utang selama ini. Gelombang sebelumnya adalah akibat dari krisis keuangan yang parah. Gelombang terbaru muncul karena pandemi virus corona jauh lebih parah dari tiga gelombang utang pertama.
"Perekonomian global kembali dari kedalaman krisis. Namun, bencana ini masih jauh dari selesai. Risiko tetap tinggi, termasuk meningkatnya kebangkrutan dan valuasi yang meluas di pasar keuangan. Dan banyak negara menjadi lebih rentan. Tingkat utang mereka meningkat akibat respons fiskal mereka terhadap krisis dan kerugian output dan pendapatan yang parah," Kristalina Georgieva menekankan. Ia juga menambahkan bahwa utang publik global bisa mencapai rekor tertinggi sekitar 100% terhadap PDB.
Utang global adalah total utang yang dimiliki oleh populasi, perusahaan, lembaga keuangan, dan pemerintah semua negara. Karenanya, daftar peminjam mencakup hampir setiap negara. Para ahli memperkirakan bahwa utang global melonjak terutama akibat pandemi dan kebijakan moneter bank sentral terbesar di dunia.
